Macam air yang Dapat Digunakan Bersuci

4
3754
Air untuk bersuci
Air untuk bersuci

Istilah bersuci identik dengan menghilangkan hadast dan najis. Kajian fikih menempatkan kesucian sebagai bagian yang penting dalam tata laksana peribadatan Islam. Membersihkan diri atau bersuci menjadi praktek simbolis untuk memersiapkan diri sebelum melakukan ibadah tertentu. Selain menjadi ritual simbolis, bersuci bertujuan untuk menghilangkan hal-hal yang menghalangi kesucian dalam shalat. Pada konteks ini, seorang muslim yang hendak melakukan ibadah disyaratkan terlepas atau bebas dari dua hal, yaitu najis dan hadast. Keadaan suci dari najis tidak semata disyaratkan untuk bagian tubuh, tetapi juga disyaratkan untuk tempat dan pakain ayang digunakan dalam ibadah shalat.

[Baca: Adab dan Tata Cara Berwudhu]

Hadast adalah situasi tidak suci pada seseorang yang menghalangi orang tersebut untuk melakukan ibadah, seperti shalat, thawaf dan memegang mushaf al-Qur’an. Hadast kecil mewajibkan seseorang melakukan wudhu sebelum beribadah, sementara hadast besar mewajibkan seseorang melakukan mandi besar (mandi jinabah). Adapun tayamum dapat dilakukan untuk menggantikan wudhu dan mandi besar (jinabah) dalam situasi kesulitan air.

Hadast kecil disebabkan oleh beberapa hal, seperti buang air kecil dan besar; menyentuh kemaluan dan dubur dengan bagian telapa tangan; tidur dalam posisi yang memungkinkan keluarnya sesuatu dari bagian depan dan belakang (tidur tidak dlam posisi duduk atau duduk dan bergerak/tidak tetap). Hadast besar disebabkan oleh beberapa hal, seperti berhubungan suami dan istri; keluarnya mani, madzi dan madhi; selesainya masa haidh dan nifas bagi perempuan.

[Baca Juga: Tata Cara Tayamum]

Secara umum, bersuci dilakukan dengan menggunakan air. Tayamum hanya diizinkan apabila seseorang memiliki keterbatasan dalam ketersediaan air atau berhalangan menggunakan air. Pelbagai syarat berlaku untuk tindakan pengganti ini. Terdapat empat jenis air untuk menunjukkan apakah air tersebut dapat digunakan untuk bersuci atau tidak.

Pertama, air suci dan mensucikan (thahirun fi nafsihi muthahhirun lighairihi) yang disebut juga dengan air mutlak.  Kedua,  air suci tetapi tidak mensucikan (thahirun fi nafsihi ghairu muthahhirin lighairihi) biasanya air yang telah dipergunakan bersuci (air musta’mal) termasuk dalam kategori ini. Ketiga, air bernajis (mutanajjis),dan.  Keempat, air yang makruh, seperti air yang terjemur (musyammas). Air musyammas artinya adalah air suci yang terjemur. Kondisi terjemur pada sebagian pendapat adalah apabila berada dalam posisi terbuka langsung menghadap matahari dan tersimpan dalam wadah logam. Air ini makruh apabila digunakan untuk bersuci pada badan, tetapi tidak makruh apabila digunakan bersuci pada pakaian dan perabotan atau barang lainnya.

[Baca Juga: Syarat dan Rukun Shalat]

Guna kepentingan bersuci, air yang secara mutlak dapat digunakan adalah air yang termasuk dalam kategori pertama. Air yang termasuk dalam kategori ini, antara lain, (1) Air hujan; (2) Air embun; (3) Air laut; (4) Air sungai; (5) Air perigi; (6) Air mata air; dan, (7) Air Salji (lelehan salju).

Berbagi dan Diskusi

4 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here