Pertanyaan pada judul di atas kerap mengemuka dalam diskusi sehari-hari. Banyak mahasiswa yang mencoba menulis namun ragu akan kebenaran tata bahasa yang digunakan. Hal serupa tidak perlu terjadi apabila pendidikan dasar telah cukup memberikan bekal tentang standar penggunaan bahasa Indonesia. Standar tersebut akan lebih berlaku atau baku pada bahasa tulis. Bahasa lisan akan sangat dipengaruhi oleh pelbagai faktor, seperti dialek masing-masing daerah, percampuran bahasa lokal, hingga penggunaan bahasa asing yang disisipkan dalam bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, yang disispkan dalam Bahasa Indonesia sangat mudah ditemukan. Hal tersebut bahkan dapat dibaca pada jurnal-jurnal yang ditulis oleh akademisi di kampus-kampus ternama. Salah satu ancaman terbesar yang menjadi resiko penggunaan bahasa secara campuraduk tersebut adalah hilangnya kosakata Kosakata Bahasa Indonesia. Perlahan, orang Indonesia akan semakin miskin bahasa yang tergantikan oleh bahasa asing yang diadopsi secara besar-besaran. Kecenderungan tersebut mulanya bersumber dari bahasa lisan yang kemudian turut memengaruhi bahasa tulisan.
Adopsi kosakata bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Bahasa Indonesia sendiri mengenal pendekatan adopsi sebagai upaya untuk menjelaskan istilah-istilah yang secara asali tidak dimiliki oleh bahasa ini. Namun, penggunaan kosakata bahasa asing yang masih memiliki padanan dalam bahasa Indonesia akan sangat disayangkan. Hal ini dapat memercepat kepunahan kosakata tertentu pada bahasa Indonesia.
Salah satu sebab lain hilangnya kosakata Bahasa Indonesia adalah kecenderungan untuk menyingat atau membuat singkatan kata. Kecenderungan ini telah mengilangkan kosa kata akibat ketidaktahuan orang akan akar kata dari akronim yang digunakan. Contoh paling dikenal pada kasus ini adalah kata “sinetron”. Kata Sinetron merupakan singkatan dari kata sinema dan elektronik yang disingkat menjadi sinetron. Bagaimana pun, kata “sinema” dan “elektronik” keduanya memiliki makna tersendiri. Penggabungan kedua kata tersebut menghasilkan makna baru. Penggunaan semata singkatan akan menghilangkan pemahaman atas kata yang menjadi unsur pembentuknya.
Penggunaan bahasa Indonesia telah dibakukan melalui peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a?U/1987 yang disahkan pada tanggal 9 September 1987. Peraturan tersebut mengatur pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). Secara umum, pedoman tersebut memuat beberapa hal teknis yang mencakup penulisan kosakata, penggunaan tanda baca, pemakaian huruf dan penggunaan kata serapan dalam bahasa Indonesia.
Secara umum, panduan tersebut membakukan bahasa Indonesia. Dengan demikian, penulisan yang tepat mengacu pada penggunaan standar tata bahasa tersebut. Meski demikian, perkembangan dan inovasi bahasa tentu tidak terelakkan, terutama pada bidang sastra yang memiliki kecenderungan kuat dalam eksplorasi penggunaan bahasa.
[…] Artikel Pendukung lain: Bagaimana Menggunakan Bahasa Indonesia yang Benar? […]
[…] Video Paling Populer 2014 di Indonesia tersebut bisa pula disimak di situs YouTube ini. […]
[…] selama 24 jam juga memberikan manfaat demi memajukan industri e-commerce di Indonesia yang merupakan negara dengan pertumbuhan pengguna internet […]
[…] serta radang. Kenyataan ini tentu sangat jauh berbeda dengan keadaan di seputar kita, Indonesia ini. Bahwa talok serta daunnya masih dibiarkan keberadaannya tanpa dipedulikan manfaatnya selain hanya […]