Predikat kota seni ataupun kota budaya yang disandang Jogjakarta bukan tanpa alasan. Selain menjamurnya kegiatan seni & budaya yang digelar hampir setiap minggu pada setiap sudut kota, ada yang butuh diapresiasi pada jiwa kreativitas yang dimiliki oleh semua aktivis seni dan budaya, dimana proses penanaman benih-benih seni tak sebatas pada anak muda ataupun tua, namun juga telah dilakukan sejak usia dini hingga beranjak dewasa.
Event ngayogjazz dan pasar kangen menjadi contoh kegiatan rutin seni budaya khas Jogja bagi segala usia, yang untuk minkmatinya juga tanpa harus mengeluarkan biaya. Selain dua event itu, sejatinya masih banyak sekali aktivitas & pagelaran seni yang diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya, dan 2014 menjadi tahun yang berbeda untuk penyelenggaraan Festival Kesenian Yogyakarta atau dikenal juga dengan singkatan FKY.
FKY termasuk hajatan yang telah lama dijadikan ajang seni & budaya bagi kawula Ngayogyakarta Hadiningrat. Dan FKY ke-26 tahun 2014 ini berlangsung sejak tanggal 20 Agustus hingga 9 September, dipusatkan di Plasa Pasar Ngasem, sisi barat Siti Hinggil Kraton Jogja. Pesta pembukaan FKY ke-26 dilakukan di seputar perempatan tugu golong-gilik Yogyakarta dan mampu menyedot perhatian massa, karena selain diadakan kirab, tersaji pula pementasan berbagai macam budaya, bukan saja dari Jogja, namun hadir pula pentas budaya berlatar-belakang Sumenep – Madura dan daerah lainnya.
FKY 2014 Yang Unik, Menarik, Berbeda, & Istimewa

Dikatakan unik, menarik dan berbeda karena FKY tahun 2014 ini mengusung tagline “Dodolan Rame-rame” yang memiliki makna ganda, pertama; ‘dodolan rame-rame,’ kedua; ‘ do dolan rame-rame.’ (dha dolan rame-rame).
Dodolan rame-rame adalah kalimat berbahasa Jawa yang dmemiliki padanan kata bahasa Indonesia; “Berjualan ramai-ramai.” Diusungnya tema “dodolan” alias “jualan” ini merupakan jawaban atas berbagai hal yang meliputi rmanfaat adanya FKY, bahwa keunikan obrolan kreatif yang bermula dari lingkungan kecil diakomodasi menjadi sebuah ide besar. Dodolan adalah sebuah kata sederhana namun jika pekerjaan “dodolan” itu dilakukan secara bersama maka roda perekonomian menjadi maju, dan warga juga ikut menikmati kemajuan secara bersama pula. Sedang ungkapan ‘do dolan’ berasal dari kalimat dha dolan (padha dolan) memiliki makna ‘mari saling bermain bersama.’ Serupa dengan dodolan secara ramai-ramai, bermain bersamapun merupakan gerakan secara kolektif tanpa meninggalkan perbedaan yang ada.
Karena sifatnya adalah kebersamaan itulah maka FKY ke-26 selain berpusat di Plasa Pasar Ngasem, juga diselenggarakan di 4 kabupaten, yaitu Bantul, Sleman, Gunung Kidul, dan juga Kulon Progo. Begitu pula tatkala di Plasa Pasar Ngasem dan di -Bioskop Tamansari- Pelataran Tamansari menampilkan pertunjukan sendratari musikal dan juga video mapping JVMP, hal serupa juga tetap dilaksanakan pada tempat lain yang tak jauh dari pusat kota, misalnya di Kleringan Stage (dikenal dengan Kreteg Kewek), di Purnabudaya, di terminal bus Condong Catur, dan di tobong bale bengong.
Memunculkan Yang Telah Hilang Ditelan Jaman
Kecuali tagline dodolan rame-rame, ada keunikan dan keistimewaan lain berujud logo ataupun maskot yang berfungsi sebagai identitas visual guna mewakili konsep serta tema yang diusung, dan dipilihlah gulali sebagai logo FKY ke-26 tahun 2014 ini.
Ada banyak alasan yang bisa diargumentasikan dalam menggunakan logo berujud gulali. Pertama ia adalah jenis panganan jaman dahulu yang kini sangat susah ditemukan keberadaanya akibat tergilas modernisitas jaman. Sebagaimana kita tahu banyak jajanan jaman dulu yang semakin terpinggirkan karena merebaknya permen-permen kemasan modern yang hadir pada tiap outlet-outlet seputar kita.
Agenda seni & budaya pada FKY 2014 tak hanya menyajikan pagelaran kesenian ‘adiluhung’ khas Jogja, seperti wayang, kethoprak ataupun seni tari, namun juga menggelar pertunjukan seni modern pun pop kreatif. Gulali masih menjadi logo yang selaras dengan agenda-agenda itu, karena memiliki bermacam warna dan juga bermacam keunikan serta kelenturan bentuk. Apalagi sebagai panganan tradisional, gulali juga tidak dibuat menggunakan mesin modern, namun lebih mengandalkan ketrampilan tangan para penjualnya. Pada kondisi ini para pembeli mendapatkan ruang untuk dapat mengajukan ‘request’ sesuai ekspresi yang diinginkan. Dari sinilah gulali makin menjadi unik dan menarik digunakan sebagai logo FKY 2014 karena mampu mengejawantahkan konsep sederhana yang mewakili arti kata dodolan dan do dolan (dha dolan).
Bisa menerima segala warna, fleksibel serta lentur dalam segala suasana, dan tak melupakan sisi sejarah serta aroma tradisi-onal jaman. Mungkin inilah pesan-pesan artistik yang ingin disampaikan para seniman dan tangan-tangan kreatif Jogja dalam mengritik keadaan. Pesan berujud kesenangan dalam hiburan yang bisa saja disepadankan aksi demonstrasi namun dengan langkah berbeda, karena tak perlu perang urat syaraf dimana demonstrasi kali ini benar-benar dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif. [uth]
Pranala Referensi;
- InfoFKY, Redaksional
- Gambar ilustrasi, @ariflukman
[…] apa guna menyembuhkan para pengidap penyakit galau pun sakit hati itu? Yang pasti harus dilakukan adalah menghibur diri dan lalu berusaha melupakannya. Move on istilah kerennya. Berikut adalah beberapa solusi agar bisa […]
[…] musik jazz berjuluk Ngayogjazz yang biasanya digelar pada musim hujan jelang akhir tahun, ataupun FKY (Festival Kesenian Yogyakarta) dan juga acara festival gamelan yang dikenal dengan nama YGF (Yogyakarta Gamelan Festival) yang […]
[…] merupakan daun yang multifungsi, selain enak untuk dijadikan lalapan dan juga bahan makanan (jenis makanan trancam misalnya), bisa juga dimanfaatkan untuk menghilangkan bau badan kita, salah […]
[…] minumannya. Pada malam hari pun dini hari, suasana seperti itu tetap bisa Anda saksikan di beberapa sudut kota budaya itu, bahkan dilengkapi juga dengan pemandangan lampu […]
[…] dan pulisher, menjadi “perantara,” ataupun berjualan di toko maya. Hal itu sebagaimana anak muda Jogjakarta yang baru berumur 24 tahun dan masih kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, […]
[…] photography tentu saja tak akan asing dengan nilai seni yang tercipta dari pose-pose besama ular. Dalam dunia seni, para pecinta photography bisa saja mengidentikan photo model ular itu dengan nuansa kelembutan pun […]
[…] korban luar biasa, karena lebih dari 15.000 serdadu Belanda tewas, sementara lebih dari 200.000 penduduk Mataram Yogyakarta juga sirna. Saat di pertempuran melawan kolonial Belanda, Pangeran Diponegoro acap juga mengibarkan […]
[…] Umar Kayam benar-benar aktif di bidang kesenian, pasalnya ia pernah menjadi perintis Universitaria di RRI Nusantara II Yogyakarta yang menyajikan berbagai informasi kegiatan mahasiswa. Hal itu memang cukup membanggakan […]
[…] pribadi yang teguh dengan keadaan bendera, pastinya akan berharap agar benderanya selalu berkibar sebagai lambang kesucian dan kegagahan, sehingga gagahnya juga akan laksana sang perwira. Layaknya yang terjadi […]
[…] kemudian, yaitu 1985, di hajatan yang sama, FFi – Festival Film Indonesia, film Pengkhianatan G30S/PKI masih mampu memperoleh penghargaan Piala Antemas untuk kategori film […]
[…] Dadung (penulisan yang tepat dalam bahasa Jawa sebenarnya adalah dadhung -red) adalah kata untuk menyebut tali tambang yang biasa dikenakan oleh para tukang untuk mengikat kayu, ataupun tali yang biasa digunakan oleh para gembala untuk menali binatang yang digembalakannya. Dadung digunakan sebagai branding kaos produk daerah Solo (Surakarta) tak lama setelah masa kejayaan kaos dagadu di Yogyakarta […]
[…] Gulali Menjadi Logo FKY 2014 Yang Muncul Secara Terstruktur Sistematis & Masif […]
[…] masyarakat ini ditengarai dengan debutan awal pementasan sebuah cerita dongeng yang memasukkan unsur-unsur kesenian tradisional, baik lenong, stambul, boneka (marionette), melodi pesisir, wayang kulit, ataupun wayang […]
[…] November 2013, mereka sempat ke Indonesia yang merupakan undangan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tampil dalam acara World Ethnic Music Festival di Bali. Undangan ini jelas merupakan […]
[…] antara Sleman dan Magelang, juga menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Seperti layaknya perbatasan di tempat lain, ada tanda khusus guna menunjukkan bahwa ini adalah […]
[…] Selebihnya pertunjukan itu cukup membuat banyak penonton tertarik, dibuktikan bahwa meskipun Yogyakarta sedang penuh acara di setiap sudut kotanya, namun kursi pertunjukan yang berada di Taman Budaya tetap penuh dan tak […]
[…] tak memiliki tujuan untuk mencari sensasi apalagi popularitas, sebab yang dilakukannya sebatas memberikan hiburan pada sesama rekan kerjanya utamanya saat menjalani tugas jaga di Pos Jaga Brimob Polda Gorontalo. […]
[…] diungkapkan oleh pihak panitia melalui official website, pasar seni FKY tahun ini diniatkan untuk menjadi berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentu saja menimbulkan rasa penasaran dari khalayak. […]