Daftar Isi
Jika dibandingkan dengan di dunia nyata, bagi sebagian orang menggeluti usaha di dunia maya masih merupakan hal yang tabu. Bahkan ada beberapa masyarakat yang tak bisa memahami pendapatan yang diperoleh pihak yang telah menggeluti bisnis online, dan justru menjadi berprasangka buruk.
“Tak melihat dia kerja tapi kok bisa memiliki uang lebih, tinggal di rumah sendiri dan tidak menyewa, dan bisa memiliki mobil, wah pasti usahanya nggak benar tuh!” Begitulah salah satu kalimat prasangka buruk pada sebagian orang yang tak mau memahami sebuah usaha online yang bisa saja dilakukan di rumah sendiri.
Usaha online bisa dilakukan dengan cara apa saja, bisa dengan memelihara adsense, bisa menjadi buzzer dan pulisher, menjadi “perantara,” ataupun berjualan di toko maya. Hal itu sebagaimana anak muda Jogjakarta yang baru berumur 24 tahun dan masih kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, dialah Arie Setya Yudha.
Berawal Dari Hobby
Awalnya Arie memiliki kegemaran bermain airsoft gun, karena menjadi bagian dari hobby maka diapun kerap menghabiskan waktu dan bahkan uang saku demi menuruti hasratnya itu. Tak elak bekal yang dia miliki semakin tipis, sebab uang yang harus dikeluarkan guna membiayai permainan airsoft gun tersebut tidak murah. Hendak meminta kepada orang tua dengan alasan hanya untuk bermain menyalurkan hobby, jelas tak mungkin. Maka dari sini ia memutar otak agar memperoleh uang tambahan.
Dari itikad mencari uang tambahan, Arie memiliki ide yang masih berhubungan dengan hobbynya, yaitu membuat seragam airsoft gun. Ide itu muncul karena dia melihat seragam yang tersedia di pasaran tidak memiliki kualitas bagus. Pada akhirnya, pria kelahiran 31 Maret 1990 ini menyisihkan uang sakunya sejumlah Rp 280.000,- sebagai modal awal. Tahun 2009 uang tersebut digunakan untuk membeli 4 meter kain, dan lalu Arie membuat desain serta pola pakaian. Untuk proses pengerjaannya ia serahkan pada pihak penjahit.
Menjadi start up Arie jalankan sambil kuliah, oleh karenanya produk yang ia punya itu selain ditawarkan kepada teman-teman sehobby, tak lupa juga diobrolkan kepada teman-teman kampusnya. Imbasnya Arie mendapat feed back yang cukup menggembirakan, karena tak sedikit yang tertarik dengan seragam yang dia produksi. Setelah dipoting ongkos produksi, dari keuntungan yang ada dikembangkan lagi sebagai modal untuk pemesanan selanjutnya.
Kualitas bagus ditunjang dengan komunitas yang awalnya berawal dari hobby membuat produk pakaian air soft gun Arie mulai dikenal. Kondisi ini menuntut keseriusan untuk menekuninya, oleh karena itu setelah uang terkumpul, bermodalkan sejumlah Rp 25.000.000,- Arie mulai membuka rumah produksi di Jogjakarta, yaitu dengan cara membeli mesin jahit. Sejatinya mesin jahit tersebut tetap diberikan kepada tukang jahit yang selama ini membantunya, sementara rumah produksi tak lain adalah rumah tukang jahit itu sendiri.
Pemanfaatan Internet
Seiring semakin banyaknya pesanan, sehingga produktivitas tentu saja juga meningkat, maka penambahan tenaga tak bisa ditunda-tunda lagi. Sebanyak tujuh penjahit langganan guna memenuhi kebutuhan pasar bahkan kadangkala tak cukup, adakalanya dia juga menyebarkan pesanan kepada penjahit lainnya.
-
Pencarian bahan baku
Masih muda dan tak memiliki latarbelakang pengetahuan tentang konveksi tentu saja membuat Arie harus meluangkan waktunya guna menggali lebih dalam. Apalagi dia berkeinginan selalu menjaga kualitas dengan tetap memerhatikan bahan baku, baik berupa kain, retsleting, ataupun kancing seragam. Hal itu tentu saja agar produknya dapat dipercaya dan semakin diterima oleh konsumen.
Dan internet, selain dimanfaatkan pada forum jual-belinya, dia tempatkan pula sebagai ajang untuk menggali informasi ketidaktahuannya, sehingga tak elak internetpun menjadi solusi. Dari internet didapatkanlah pengetahuan mengenai kualitas bahan baku hingga cara mendapatkan alamat pemasok serta produsennya.
-
Penjualan Online
Forum jual-beli di dunia maya merupakan hal yang cukup memberikan pengaruh besar, akan tetapi tak cukup di situ, Arie juga tetap mengembangkan sayapnya di dunia maya yaitu dengan memanfafatkan pula semua fitur yang ada, baik sosial media ataupun website.
Dari dunia internet itu permintaan terhadap produknya terus mengalami peningkatan. Banyak yang berminat dengan satu set seragam seharga Rp 560.000,- hingga Rp 2.000.000,- Konsumennya selain anggota militer & kepolisian, adalah juga pekerja tambang serta para penggemar permainan airsoft gun.
Perkembangan Usaha
Melihat produktifitas dan pemasaran yang menjanjikan, memang ada kemungkinan Arie berdiri sebagai sebuah pabrik, namun atas berbagai pertimbangan hal itu tek hendak gegabah ia lakukan, sebab meskipun produksi semakin banyak namun jumlahnya masih terlalu sedikit jika harus dikategorikan dalam pabrik besar. Di samping itu, dengan masih menjalankan usaha sebagaimana dilakukan sekarang, secara tidak langsung dia masih tetap bisa berkontribusi kepada masyarakat kecil berprofesi penjahit.
Tahun 2013 usaha ini mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp 1,5 miliar, sedangkan pada tahun 2014, sampai dengan bulan Agustus, omzet 2 milyar rupiah telah tercapai. Dengan sejumlah itu tentunya Arie optimis usahanya bakal menembus angka 3 milyar hingga akhir tahun 2014.
Dari rumah produksi bernama Molay Military Uniform Division (PT Molay Satria Indonesia) ini Arie sekarang telah menjelma menjadi seorang pebisnis seragam tempur di pasar internasional, dimana produk yang dia hasilkan berhasil menembus negeri barat, diantaranya adalah negara Italia, AS, Swedia, Kanada, Austria, dan Norwegia. Produknyapun juga telah berkembang, tidak hanya pakaian tempur serta pakaian militer, tetapi juga perlengkapan lainnya seperti ikat pinggang, topi, sepatu dan tas.
Pengembangan Bisnis
Untuk penjualan dalam negeri memang telah ada beberapa distributor dan diler resmi, salah satunya di Jakarta Pusat. Namun untuk pengembangan penjualan ke manca negara, internet adalah media yang digunakan demi mempromosikan produknya.
Mengingat biaya operasional, untuk pemasaran di manca negara ini bisa saja dilakukan terus secara online melalui internet, akan tetapi pada wilayah lokal (nasional) ada kehendak Arie untuk meningkatkan penjualan dengan cara menerapkan sistem pemasaran business to business (B2B), yaitu memperkuat pemasarans ecara retail dan tak harus mengandalkan distributor besar. Demi menundukung cita-citanya tersebut, maka Arie tak hanya memperkuat sisi pemasaran saja, namun inovasi produk juga hendak dikembangkan, sehingga tercipta branding Molay Military dengan produk yang juga variatif. [uth]
Sumber Rujukan;
[1] Mahasiswa UGM Ini Raup Omzet Miliaran dari Seragam Militer. bisniskeuangan.kompas.com Diakses pada 30 Agustus 2014
[2] Arie Setya Yudha Sigap Membidik Seragam Militer. www.swa.co.id Diakses pada 30 Agustus 2014
[3] Gambar Arie Setya Yudha. Dokumen Pribadi.. Diakses pada 30 Agustus 2014
[…] pingsan. Dan dokter yang menanganinya juga tak sanggup bebuat apa-apa lagi, karena racun yang ada telah berhasil menjalar kesemua tubuh dengan […]
[…] diinspirasikan dari desain salib. Di Nusantara ada pula istilah “gula kelapa” yang acap dikibarkan oleh patih Gadjah Mada dalam mengibarkan panji-panjinya. Gula kelapa pada akhirnya juga menjadi salah satu inspirasi para […]
[…] dunia akademisi Umar Kayam merupakan lulusan tahun 1955 sebagai sarjana muda di Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada, dan kemudian melanjukan mengambil gelar M.A. dari Universitas New York, Amerika Serikat tahun […]
[…] jika menilik catatan sejarah, di Nusantara ada pula istilah “gula kelapa” yang acap dikibarkan oleh patih Gadjah Mada dalam mengibarkan […]
[…] pada jejak yang ada diatas, sebelum abad ke-16 kerajaan Lombok berhasil ditakhlukkan oleh Mahapatih Gadjah Mada, sehingga secara tak langsung kerajaan ini berada dibawah naungan kerajaan Majapahit. […]
[…] Bali dan Bandung sebenarnya adalah dua kota yang sudah sejak dahulu terkenal dengan produk kaosnya. Jika Bandung punya C59, maka Bali sepertinya juga tak mau ketinggalan dengan Billabong. Begitu pula tatkala generasi lebih muda dari itu menerbitkan kaos, kedua kota ini seolah tak mau diam saja. Ketika di Bandung ada kaos ‘gurita,’ maka di Bali juga ada kaos berlabel Joger yang lumayan memiliki pasar tersendiri. […]
[…] Bali dan Bandung sebenarnya adalah dua kota yang sudah sejak dahulu terkenal dengan produk kaosnya. Jika Bandung punya C59, maka Bali sepertinya juga tak mau ketinggalan dengan Billabong. Begitu pula tatkala generasi lebih muda dari itu menerbitkan kaos, kedua kota ini seolah tak mau diam saja. Ketika di Bandung ada kaos ‘gurita,’ maka di Bali juga ada kaos berlabel Joger yang lumayan memiliki pasar tersendiri. […]
[…] Setelah lulus dari SD Taman Siswa Cirebon, Arifin melanjutkan sekolah di SMP Muhammadiyah di kota yang sama. Selepas itu pendidikan SMA dia tempuh di SMA Negeri Cirebon. Hanya saja di SMA Cirebon ini dia tidak tamat, maka ia hijrah ke Solo dan di sana menempuh pendidikan di SMA Jurnalistik. Perndidikan tinggi ia tempuh di kota Yogyakarta yaitu dengan memilih Fakultas Sosial Politik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta. […]
[…] ini jumlah pengusaha hotel yang telah melebarkan sayapnya juga tak sedikit. Hal ini terbukti dengan makin merebaknya […]
[…] antara petugas dan pengguna jalan, maka salam tempel yang terjadi di tugu (gapura) perbatasan Yogyakarta – Jawa Tengah ini bukanlah salam tempel antara pengguna jalan yang berhenti berpose tadi […]
[…] Selain pernah memerankan sebagai Soekarno dalam film pengkhianatan G 30 SPKI, Uka adalah guru besar Universitas Gadjah Mada, cerpenis, dan juga […]
[…] memiliki rencana usaha sebuah butik pakaian, hanya saja sang istri tak menyetujuinya karena ingin memulai usaha berbeda dengan usaha butik yang telah dilakoninya di tanah kelahiran, […]
[…] Jogja Hiphop Foundation Crew yang berhasil melantunkan lagu “Jogja Ora Didol” sebagai refleksi kritik sosial masyarakat kepada […]
[…] sithik joss.‘ Kalimat ‘Bukak Sithik Jazz’ ini hadir dalam acara rutin tahunan di Yogyakarta bertemakan jazz, […]
[…] dimulai, militer Inggris kembali didatangkan ke daerah tersebut. Sementara pihak Amerika juga tak mau tinggal diam, pasukan […]
[…] Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti dari ‘sontoloyo’ adalah ‘Konyol, Tidak Beres, dan Bodoh“. Kata ini lebih sering dipakai sebagai kata makian pun umpatan. Pernyataan KBBI tersebut sangat bertolak-belakang dengan arti sesungguhnya, karena kenyatannya sontoloyo itu merupakan nama yang disematkan orang Jawa dahulu guna menjuluki mereka yang berprofesi sebagai penggembala itik (bebek), atau di ranah Jawa akrab juga dengan sebutan “tukang angon bebek.” Selain berpakaian layaknya petani yang mengenakan caping sebagai tutup kepala, sontoloyo juga melengkapi diri dengan tongkat yang difungsikan sebagai alat pengendali binatang gembalaan. Begitulah makna sejati dari sontoloyo yang merupakan profesi terpuji. […]
[…] yang kedua adalah sebatas Making Rossi Trend. Selain sebagai pembalap, Rossi memiliki juga jiwa seorang entertainer, oleh karenanya tak heran ketika Rossi mempopulerkan gaya itu maka pembalap lain seolah […]
[…] tempat untuk berbisnis. Oleh karenanya hotel bisnis ini banyak difasilitasi dengan sarana yang mendukung kegiatan berbisnis, antara lain business center yang menyediakan keperluan photocopy, internet, ruang meeting […]
[…] Georg Simmel lahir di Berlin, Jerman, 1 Maret 1858. Ia anak dari tujuh bersaudara. Latar belakang keluarga adalah yahudi kalangan menengah ke atas. Ayahnya meninggal dunia saat Simmel masih muda. […]
Saya senang sekali menemukan website anda dan bisa ikut memberi komentar
menurut saya sangat berharga sekali bisa membaca tulisan anda, dan pada kesempatan ini akan saya manfaatkan untuk sumber referensi saya
Terima kasih banyak telah berbagi, saya berharap anda terus semangat menulis topik selanjutnya http://www.1stoutbound.com
[…] cabang lain yang bernama Zumba tonic ditujukan untuk anak-anak berusia mulai 4 hingga 12 tahun. Gerakan yang diajarkan lebih kepada meningkatkan elastisitas tubuh, membuat anak-anak bergerak […]
[…] asam urat sebagian besar memang usia tua, namun bukan berarti pada usia muda akan terbebas darinya. Terbukti tak sedikit pula usia tigapuluhan juga telah mengalami penderitaan […]
[…] sigap, cepat, tanggap, dan memiliki kemampuan lebih lainnya bukan saja hanya pada sebuah organisasi berlatar militer. Akan tetapi tugas pelaksanaan SAR juga membutuhkan manusia-manusia yang mampu bergerak dengan […]
[…] menjadi satu bagian penting sebagai sarana penunjang kegiatan kita setiap hari. Pasalnya dengan pakaian pula kita bisa merasakan kenyamanan pun ketidak-nyamanan dalam beraktivitas. Ketika nyaman tentu […]
[…] [Baca Juga: Inspirasi anak muda yang mengelola bisnis pakaian militer dari rumah] […]
[…] Xin tergerak untuk membantu sang ibu demi menutup kebutuhan yang dihadapi. Menjadi buruh pabrik garmen dan eletronik ia lakoni pada umur yang masih […]
[…] olahraga lari dan sejenisnya ini tak lain adalah alas kaki. Tentang lain-lain, misalnya deker, dan pakaian tentu bergantung kemampuan membeli pun selera […]
[…] Kampung Cyber di Yogyakarta ini tentu saja adalah membebaskan warganya dari keterasingan pada dunia internet. Dan selanjutnya, ketika keterasingan itu bisa diatasi, langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya […]
[…] Tatkala menyaksikan sosok pahlawan super tersebut, tentu akan timbul pertanyaan dan juga muncul olok-olok. Lantas dari manakah gagasan pakaian seperti itu muncul? […]
[…] [Baca juga: Anak Muda 24 Tahun Sukses Memanfaatkan Internet guna Memasarkan Pakaian Militer] […]
[…] dan saling berpotongan satu sama lain. Mann membedakan empat sumber kekuasan; ideologi, ekonomi, militer dan politik. Mann lebih perhatian pada […]
[…] Mosca ada empat faktor yang menjadi dasar sosial kekuasaan suatu kelas, yaitu kekayaan, kelahiran, kemampuan militer, dan […]
[…] sistematis terhadap militer sebagai institusi, organisasi dan kelompok sosial. Ada yang menyebutkan bahwa militer lebih sebagai institusi bukan sebagai […]