Branding ‘Dagadu’, Inspirasi Tumbuhnya Bisnis Penjualan Kaos Oblong Khas Daerah

20
9857
Dagadu Jogja produk Khas Daerah yang Menginspirasi Banyak Orang
Dagadu Jogja produk Khas Daerah yang Menginspirasi Banyak Orang

Kaos tanpa kerah bisa jadi merupakan pakaian santai yang tak pantas dikenakan saat menghadiri acara-acara resmi. Di lingkungan kampung dan pedesaan, kadang orang dikatakan tak sopan jika menghadiir acara kumpulan dengan mengenakan kaos oblong ataupun t-shirt. Penilaian “kesopanan dan ketidaksopanan” berdasar pakaian berkerah dan tak berkerah ini kemungkinan adalah bagian norma tak tertulis yang sangat susah dibuktikan datanya.

Lepas dari norma sopan-santun tersebut, ada hal yang bisa diperhatikan dari sudut pandang berbeda. Yaitu mengenai trend yang terjadi pada kaos oblong. Dahulu mungkin kita tak asing lagi dengan t shirt dan pakaian kasual bermerk C59, billabong, ataupun chrocodile. Kaos yang hadir dan banyak dikenal oleh generasi 90an awal. Pada generasi pertengahan 90an kaos-kaos tersebut mendapatkan saingan baru yang cukup menantang karena banyak diminati khalayak, ialah dagadu, t-shirt asli produk Jogja.

Berawal dari Ide Kreatif Beraroma Khas Jogja

Banyaknya peminat pada kaos dagadu Jogja tak lain adalah dengan munculnya ide-ide kreatif yang tercetak dalam setiap kehadirannya. Baik itu berupa kalimat lucu, kalimat nyleneh, ataupun kalimat berbau sindiran sosial, semua dikemas secara rapih dan dipasarkan sesuai selera. Hal ini tentu sesuai label yang tertera, dagadu, merupakan bahasa “walikan” khas Jogjakarta yang tak semua orang Jogja sendiri bisa menguasai [untuk memahaminya silakan baca juga jurnal tentang “Dagadu Kiwalan dan Fenomena Bahasa Prokem Walikan Nusantara“]

  • Memanfaatkan Peluang Berdasar Kebutuhan Pasar

Pangsa pasar yang menjanjikan membuat produk dagadu di Yogyakarta tak berkutat pada kaos saja. Karena selanjutnya dagadu juga memanfaatkan peluang dalam mengembangan produknya. Hukum pasar tentang “ekonomi dasar,” benar-benar dipraktekkan oleh dagadu, yaitu menindaklanjuti rumus tentang ‘demand and supply.’ Produk sandal, tas, dan produk kerajinan lain dengan branding ‘dagadu’ mereka sediakan guna memenuhi kebutuhan.

Hasilnya juga cukup menjanjikan. Tak membutuhkan waktu lama, dagadu mengalami masa kejayaan. Hal itu ditandai dengan kemunculan beberapa produk beraroma Jogja yang langsung laris di pasaran, bahkan hingga pihak lain juga tergiur untuk menjiplaknya. Ada yang melakukan penjiplakan secara terang-terangan dengan memakai nama “dagadu,” namun ada pula yang menggunakan merk lain namun tak jauh berbeda penampakannya.

  • Aroma Santai dan Slengekan

Maraknya kaos khas Jogja yang berbau santai dan slengekan dengan memuat kalimat ‘plesetan’ yang mampu membuat tawa itu menjadikan banyak pihak tertarik untuk mengikuti jejaknya. Tak pelak muncul bermacam kaos dengan berbagai design, berbagai kalimat lucu, dan tentunya juga berbagai merk. Merk ataupun label kaos-kaos yang bermunculan itu antara lain adalah dadung, gurita, cak-cuk, joger, iwak bandeng, dan tak ketinggalan juga Soak Ngalam.

Peluang Kedaerahan

Kaos ‘dagadu’ mulai dikenal pada sekitar akhir tahun 1994, dan tak lama kemudian menjadi booming sejak awal tahun 1995. Masa kejayaannya terbilang cukup lama karena pada tahun 97an produk souvenir, topi, dan sendal masih menjadi incaran khalayak. Bahkan produk-produk ini marak penjualannya hingga di luar Jogja.

Keberhasilan dagadu dalam memahami kehendak pasar ini akhirnya juga menjadi bahan yang dikaji pihak lain, hingga memunculkan produk khas berujud “kaos oblong” pada setiap daerah dengan branding-nya masing-masing.

  • Merk Dadung

Dadung (penulisan yang tepat dalam bahasa Jawa sebenarnya adalah dadhung -red) adalah kata untuk menyebut tali tambang yang biasa dikenakan oleh para tukang untuk mengikat kayu, ataupun tali yang biasa digunakan oleh para gembala untuk menali binatang yang digembalakannya. Dadung digunakan sebagai branding kaos produk daerah Solo (Surakarta) tak lama setelah masa kejayaan kaos dagadu di Yogyakarta

  • Merk Iwak Bandeng

Merk Iwak BandenTak mau membuang kesempatan, di daerah Semarang juga muncul kaos dengan label “iwak bandeng.” Penulisan yang tepat dalam bahasa Jawa, sebenarnya adalah ‘iwak bandheng’ (menggunakan sisipan huruf “H”) . Iwak bandeng digunakan sebagai merk dagang kaos, dan gambar tulang ikan beserta kepalanya adalah yang dikenakan sebagai logo.

  • Merk Cak-Cuk

Surabaya tak kalah dalam memanfaatkan kesempatan, kota yang sejak dahulu juga terkenal dengan ragam pisuhannya ini tentu saja memiliki banyak ide yang bisa ditorehkan kedalam kaos. Dan kaos oblong adalah sarana tepat untuk menyalurkan hobby misuh yang sekaligus bisa dijadikan kesempatan memperoleh penghasilan. Selain kaos, sebagaimana dagadu di Jogja, Cak-Cuk di Surabaya juga menjadi brand beberapa souvenir khas Surabaya dan Jawa Timur

  • Merk Joger

Bali dan Bandung sebenarnya adalah dua kota yang sudah sejak dahulu terkenal dengan produk kaosnya. Jika Bandung punya C59, maka Bali sepertinya juga tak mau ketinggalan dengan Billabong. Begitu pula tatkala generasi lebih muda dari itu menerbitkan kaos, kedua kota ini seolah tak mau diam saja. Ketika di Bandung ada kaos ‘gurita,’ maka di Bali juga ada kaos berlabel Joger yang lumayan memiliki pasar tersendiri.

  • Merk Gurita

Ketika membaca nama “gurita” yang terlintas di benak tentu saja adalah binatang yang ketika kecil menyerupai cumi-cumi. Benar sekali, gurita adalah binatang berkaki delapan yang dipakai sebagai logo sekaligus merk dagang kaos produk dari Bandung. Sesuai namanya, lambang kaos ini adalah gurita, namun mode gambar gurita ini dibuat dengan versi kartun, sehingga berkesan simple dan sedikit iseng. Cukup membuat banyak orang tertarik sebab beberapa tema yang diambil cukup familiar bagi kebanyakan orang, misalnya seperti berat badan, warna kulit, dan tampang. Ide yang berhubungan dengan semua tema itu dikembangkan sebagai kalimat yang mengajak agar kita semua bisa menertawakan diri sendiri sekaligus mensyukurinya

  • Merk Soak Ngalam

Malang yang masih merupakan bagian dari Jawa Timur juga banyak dihuni oleh insan-insan kreatif penuh ide. Oleh karenanya di sana terbit pula kaos khas Malang dengan nama ‘Soak Ngalam.‘ Soak Ngalam hadir sebagai upaya melestarikan keunikan yang identik dengan Kota Apel, diantaranya adalah walikan khas Malang yang terkenal dengan isitilah ‘obos ngalam,’ yaitu bahasa yang diciptakan dengan membaca kata-katanya secara terbalik.

Pergerakan pasar yang selalu dinamis membuat orang-orang yang penuh ide kreatif berusaha selalu memanfaatkannya. Selain sebagai pelampiasan hobby dan pemuasan seni, tentu saja demi mendapatkan penghasilan. Dari sisi ini tentu saja selain kota-kota yang tersebut di atas, masih ada banyak yang menerbitkan kaos sesuai ciri-khas kedaerahannya. Dan bukan tidak mungkin kedepannya akan selalu berkembang.

Wujud cindera mata tahan lama, simple, dan tetap mempunyai kesan khas tentang keberadaan daerah tentu menjadi faktor penjualan kaos tak ada matinya. Hanya kwalitas & metode pemasaranlah yang akan menentukan keberlangsungan dari bisnis kaos ini. [uth]

Sumber Rujukan;

[1] Soak Ngalam Kaos Khas Kota Malang industri.bisnis.com Diakses pada 03 September 2014

[2] Kaus Bahasa Walikan Oleh-oleh Khas dari Malang www.tempo.co Diakses pada 03 September 2014

[3] Gambar “Malu Membeli Sesal di Jalan” Dilisensikan sebagai CC BY 2.0. www.dagadu.co.id Diakses pada 03 September 2014

Berbagi dan Diskusi

20 COMMENTS

  1. […] Mereka para pengguna YouTube yang kemudian akrab dinamakan YouTuber ini memiliki banyak cara untuk mendapatkan keuntungan. Dari segi popularitas daja, mereka bisa memproduksi skill dan kemampuannya, yang kemudian bisa diunggah secara ritin dan berkala. Maka secara tidak langsung orang yang memiliki passion sama, entah sebatas mau menikmati karya, atau justru yang hendak mempelajarinya, semua bisa datang ke situs YouTube dan menikmati hasil unggahan itu.    Dengan ebgitu secara tidak langsung “sang youtuber” juga mendapatkan manfaat semakin dikenal namanya. Keuntungan Branding. […]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here