Daftar Isi
Dikenal sebagai negeri agraris tentu saja ada banyak metode pertanian yang diterapkan di Nusantara ini, baik dari cara mengelola lahan pertanian, memberi pupuk, menjalankan pengairan, dan masih banyak lagi. Metode pertanian itu selain memang diberikan oleh pihak PPL (Petugas Penyuluh Lapangan), banyak juga metode yang telah diterapkan secara turun-temurun dari leluhur masing-masing.
Metode Bertani Adat dan Metode PPL
Metode bertani yang diterapkan berasal dari petugas lapangan ini bisa jadi memiliki kesamaan antara daerah satu pun daerah lain, akan tetapi tidak demikian halnya dengan metode yang diterapkan dari ajaran turun-temurun. Hal ini terjadi sebab ilmu yang disebarkan oleh PPL merupakan kesepahaman yang telah distandardkan oleh pihak pemerintah, sementara ilmu pada metode turun-temurun memiliki kecenderungan berbeda lantaran adat pada satu daerah akan cenderung berbeda dengan adat daerah lainnya.
Ada banyak sekali jenis metode yang diterapkan pada pertanian, salah satunya adalah pola pengaira “Sabak” yang diterapkan di Bali, dan juga keberadaan penanda pada satu sawah di sebagian daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta yang dikenal dengan nama ‘anjir’
Tanda Anjir di Sawah
Disamping mengenal orang-orangan sawah yang berfungsi untuk mengusir burung, masyarakat petani di Jawa, utamanya di daerah Yogyakarta mengenal pula satu tanda yang diletakkan ataupun ditancapkan pada salah satu bagian persawahan, bisa ditengah-tengah sawah ataupun di pematangnya. Tanda yang terbuat dari sebatang kayu atau sebilah bambu tersebut bernama anjir. Anjir merupakan tanda yang memiliki ukuran panjang sekitar 2 meter dan biasanya juga dilengkapi dengan bendera.
-
Bendera anjir
Bendera memang telah dikenal sejak lama, baik pada sejarah dunia pun sejarah lokal sekitar kita. Apabila pada sejarah dunia dulu sempat dikenal dengan timbulnya tiga warna bendera yang selanjutnya marak dikenakan oleh bangsa-bangsa Eropa, maka di Indonesia ini wujud bendera juga telah dikenal pada amsa kejayaan majapahit, yaitu dengan wujud bendera ‘gula kelapa.’
Tak jauh berbeda dengan keberadaan bendera pada umumnya, bendera pada anjir juga memberikan makna tertentu bagi masyuarakat petani. Hanya saja makna khusus ini tak sebagaimana biasa termaktub dalam warna sebuah bendera, bahwa bendera pada anjir bentuknya hanya “seketemunya saja” alias alakadarny; bisa hanya berasal dari tali plastik, sesobek kain, ataupun lembaran dedaunan yang diikat pada ujung kayu/bambunya.
-
Makna anjir di lahan persawahan
Simbul anjir dikibarkan di sawah memiliki makna yaitu sebagai pertanda bahwa area persawahan diseputar anjir tersebut tak diperkenankan dijamah oleh pihak lain. Artinya siapapun tak boleh mengganggu, mencolek, pun mengambil apa saja yang ada di lingkungan persawahan selama tanda anjir itu masih terpancang, meskipun hanya mau mengambil rumput pun mencari keong. Sehingga apabila ada pihak yang memiliki kepentingan dengan lokasi persawahan tersebut, maka harus terlebih dahulu menghubungi dan meminta ijin kepada sang empunya sawah.
Pemasangan tanda khusus bernama “anjir” ini dilakukan oleh sang empunya sawah bukan karena kesombongan semata, melainkan kebanyakan para petani juga memiliki kepentingan yang berhubungan dengan tumbuhan pun binatang yang ada pada lokasi persawahannya. Sebagai contoh adalah keberadaan rumput, jerami ataupun tanaman lain, yang semua itu bisa dimanfaatkan sendiri, mislanya untuk dijadikan pakan ternaknya. Oleh karenanya hal ini acapkali dilakukan ketika musim kemarau tiba, yaitu masa yang lebih susah dalam mencari pakan ternak.
-
Faktor lain
Selain menyangkut pakan ternak, ada faktor lain yang memungkinkan para petani melakukan pengibaran pun penancapan anjir. Misalnya sehubungan dengan irigasi, menjadi hal yang sangat masuk akal dan lazim tatkala para petani juga memasang anjir dibagian selokan pada pematang sawah, dimana pada tempat itulah sirkulasi air mulai mengalir memasuki area persawahannya. Ada pula pemasangan anjir ketika berlangsungnya musim tanam, ini dimaksudkan agar tak semua orang bisa sembarangan menginjakkan kaki di lahan tersebut, tujuannya bisa jadi karena lahan persawahan sudah diratakan dan siap menjadi media tanam bagi benih-benih padinya.
Hukum Pemasangan Anjir
Anjir merupakan tanda yang diterapkan oleh masyarakat petani di kawasan Yogyakarta bukan atas nama hukum sebuah negeri, akan tetapi lebih pada kesepakatan bersama pada masa lampau kemudian secara turun-temurun tetap dibudayakan keberadaannya. Oleh karenanya hal ini tak akan bisa dibawa naik ke meja hijau tatkala sesorang melanggar kesepakatan yang tanpa tersirat tersebu, akan tetapi hukuman sosual bukan tidak mungkin akan diberlakukan oleh masyarakat petani apabila melanggarnya. Jadi keberadaan anjir memang bukan condong pada sebuah hukum yang dibentuk oleh sebuah instansi pun birokrasi, akan tetapi merupakan sebuah peraturan atas kesepakatan, dan lalu cenderung kepada “norma sosial” dalam penerapannya. [uth]
Sumber Rujukan;
[1] Disarikan dari cerita para tetua petani Jogjakarta. Dipublish pada 29 September 2014
[2] Gambar Anjir www.gkendeng.blogspot.com Diakses pada 29 September 2014
[…] login kembali, dan cross posting telah bisa dilakukan, yaitu dengan cara menambahkan tagar (hashtag) khusus bertuliskan #FB pada setiap kita menuliskan sebuah […]
[…] Tempat Lahir : Solo, Jawa Tengah […]
[…] pola hidup nomaden, berpindah-pindah, meramu, berburu, menjadi menetap di sebuah kawasan, bertani dan beternak. Pada titik ini kemudian sosiologi pedesaan serupa dengan sosiologi pertanian. Namun sebenarnya […]
[…] Tradisi meminum teh oleh Ceng Ho dimulai dengan menyeduhnya ke dalam teko dan cangkir dari gerabah yang dibawa dari Cina. Sebagaimana diketahui, bahwa negeri Cina saat itu telah memiliki peradaban teknologi gerabah pun keramik yang lebih tinggi dibanding rorang-orang Jawa, sebagai contoh adalah keramik merah atau yang lebih dikenal dengan nama gerabah. […]
[…] dengan Danau Nyos sebenarnya juga pernah terjadi. Yang pertama ada diseputar pegunungan Dieng, Jawa Tengah, yaitu terjadinya gas karbon dioksida bercampur hidrogen sulfida yang disemburkan pada bulan […]
[…] musik Bundengan dilakukan oleh lelaki warga Kampung Seruni, Kelurahan Jaraksari, Kota Wonosobo, Jawa Tengah, bernama Hengky Krisnawan. Tetap mengakui bahwa penemu Bundengan adalah Barnawi, maka meskipun […]
[…] itu berbalik saat reformasi telah digemakan. Keterbukaan pada era reformasi memberikan kelonggaran kepada masyarakat Gunung Kidul Yogyakarta untuk berpikir, menemukan ide & gagasan, dan kemudian […]
[…] Menjadi pengajar tamu dengan memberikan kuliah sastra Indonesia dilakoninya melalui terjemahan di Oberlin College, Ohio dan Northern Illionis University, Amerika Serikat , yaitu 1986-1987. Selain menjadi Guru Besar pada jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Bakdi juga pernah memberikan Pengkajian Seni Pertunjukan serta Pengkajian Amerika, pada Pasca Sarjana UGM – Yogyakarta, Pasca Sarjana UNDIP – Semarang dan juga Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Solo – Jawa Tengah. […]
[…] merupakan harapan baru bagi masyarakat Indonesia karena jejak kepemimpinannya telah terbukti pro terhadap rakyat dan tak mementingkan diri […]
[…] dikeramatkan dan dianggap suci oleh umat Hindu sebagai Tirta Sewana atau air suci. Setiap tahun masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo menggunakan air terjun Madakaripura sebagai air suci […]
[…] adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang dipisahkan Bengawan Solo dan berbatasan dengan Kabupaten […]
[…] tajam, serta diapit oleh bukit dan jurang, berundak tanah dengan tetumbuhan kopi pun kebun teh, hamparan sawah, dan masih banyak lagi, semuanya menjadi bumbu perjalanan yang asyik, indah, namun juga cukup […]
[…] pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus terdiri dari barisan buta (dari bahasa Jawa yang berarti buto atau raksasa), orang tua sakti, dan dua perempuan paruh baya. […]
[…] Pemasangan "anjir" oleh sang empunya sawah bukan karena kesombongan, melainkan para petani juga memiliki kepentingan dengan yang ada di lahan persawahannya […]
[…] merupakan binatang yang tak disukai bagi para petani di sawah, karena keberadaannya acap mengganggu tanaman yang dirawat oleh para petani. Bagi petani padi […]
[…] untuk bekerja sudah tak menjadi hal tabu bagi sebagian orang. Bahkan meskipun pekerjaannya juga di sawah. Karena adakalanya sawah butuh ditunggu pada malam hari. Tentu dengan berbagai alasan pun […]
[…] padi sudah sejak lama memiliki tradisi membajak sawah dengan bantuan binatang peliharaan, baik kerbau ataupun sapi. Binatang-binatang inilah yang memberi […]
[…] bahwa kandungan nikotin adalah kadar yang ada di daun tembakau yang notabene merupakan tanaman para petani. […]
[…] Sejatinya sarapan merupakan hal yang lazim dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia bukan saja pada saat belakangan ini. Namun juga telah dilakukan secara rutin oleh banyak orangtua terdahulu, yaitu sebelum melakukan aktivitas kesehariannya. Tentu saja bentuk makan paginya tak selalu sama. Sebagai contoh adalah apabila para pegawai kantoran menyantap roti pun meminum susu, maka menikmati teh panas dan juga ubi-ubian adalah sarapan yang dilakukan sebagian masyarakat petani. […]
[…] Manyar lebih menyukai kondisi alam seperti pada rumput atau persawahan sebagai habitat atau tempatnya tinggalnya. Jenis makanan yang disukainya adalah berbagai jenis […]
[…] memegang gadget, dan juga alat lain yang berhubungan dengan elektronik. Giliran main ke sungai, bertandang ke sawah ataupun ke kebun, bisa jadi tak akan ada lagi anak-anak yang berkeliaran di […]
[…] pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus terdiri dari barisan buta (dari bahasa Jawa yang berarti buto atau raksasa), orang tua sakti, dan dua perempuan paruh baya. […]
[…] Babah adalah sebutan untuk keturunan mereka yang telah berbaur, menikahi orang pribumi. Sebagian terbesar berasal dari suku Hokkian. Banyak dari mereka yang menikahi kalangan berdarah biru, ningrat, dan kerabat keluarga keraton di Jawa. [Baca juga: ‘Anjir’ Adalah Tanda Khusus di Tengah Sawah yang Dipasang Para Petani Jawa] […]
[…] Komposisi pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus terdiri dari barisan buta (dari bahasa Jawa yang berarti buto atau raksasa), orang tua sakti, dan dua perempuan paruh baya.Kesenian dongkrek […]
[…] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian, ada dua cara pengujian yang bisa dilakukan untuk mengetahui beras dalam […]
[…] pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus terdiri dari barisan buta (dari bahasa Jawa yang berarti buto atau raksasa), orang tua sakti, dan dua perempuan paruh baya. […]