Daftar Isi
Tanggal 20 Oktober 2014 menjadi hari yang istimewa bagi sebagian rakyat Indonesia, pasalnya warga ynag berada di bumi Nusantara ini kembali memiliki harapan baru bersamaan dilantiknya pemimpin baru periode 2014 hingga 2019, yaitu Presiden Jokowi – Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kegembiraan seolah tak hendak disembunyikan, maka banyak instrumen masyarakat yang bahu-membahu untuk melangsungkan acara syukuran atas terjadinya kepemimpina tersebut. Pesta rakyat di Monas menjadi rangkaian akhir dari pelantikan Jokowi yang juga diarak langsung dengan mengadakan acara kirab budaya di sepanjang jalan protokol Jakarta. Banyak artis, seniman, budayawan, politisi, dan juga rakyat jelata ‘tumpleg bleg’ tumpah ruah memenuhi sepanjang jalan yang menghubungkan antara Gedung Parlemen di Senayan menuju Bunderan Hotel Indonesia dan disambung pada jalan raya yang mengarah ke Monumen nasional serta Istana Presiden.
Lautan manusia juga tetap terjadi usai acara sambut-lepas di Istana Merdeka, pasalnya ada gelaran panggung rakyat di lapangan Monas yang juga dihadiri banyak artis papan atas dan tak ketinggalan juga grup musik internasional bernama Arkarna. Di panggung rakyat tersebut, yang tak kalah dinantikan adalah juga kehadiran sang presiden baru, Joko Widodo yang diidentikan dengan presiden pilihan rakyat.
Jokowi Bukan Presiden ke-7
Sejak berdirinya Indonesia tahun 1945, pergantian kepemimpinan di Republik terjadi dengan berbagaimacam cara, baik disertai ceremonial ataupun tidak, baik dilakukan di gedung parlemen ataupun tidak. Dan hal yang perlu diingat bahwa sejak Indonesia Merdeka hingga tahun 2014 ini, Indonesia pernah memiliki pemimpin negara lebih dari tujuh.
Jadi selain pernah dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan berkedudukan sebagai Perdana Menteri, sejatinya Jokowi – Joko Widodo bukanlah presiden Indonesia yang ketujuh. Pasalnya masih ada presiden di masa Bung Karno yang jarang sekali orang ketahui, karena keberadaannya memang acap dilupakan dalam catatan sejarah. Lalu siapa mereka? Ialah Syafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat.
Daftar Presiden Republik Indonesia
-
Sukarno
Bung Karno atau lebih dikenal dengan nama Ir. Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang sekaligus menjadi pembaca proklamasi didampingi Bung Hatta. Ir. Soekarno yang lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901 , awalnya memiliki nama Koesno Sosrodihardjo. Namun karena ia sering mengalami sakit maka oleh orangtuanya ketika berusia lima tahun diubah menjadi Soekarno.
Kecintaan Sukarno terhadap bumi Nusnatara telah timbul sejak remaja, utamanya ketika bersekolah di Surabaya dan menetap di kediaman HOS Tjokroaminoto. Perjuangan pra kemerdekaan telah diawali dari sana, yaitu ikhwal ketidakrelaannya terhadap para saudara sesama warga Nusantara ditindas pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Perjuangan berdarah-darah pernah dialami Sukarno, dan penjara menjadi tempat singgah lama dalam kurun wkatu kehidupannya. Namun dari perjuangan berdarah-darah tersebutlah yang juga telah mengantarkan beliau untuk mendapatkan kepercayaan memimpin negeri ini, dari tanggal 18 Agustus 1945 hingga 19 Desember 1948 tercatat Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia pertama.
-
Syafruddin Prawiranegara
Lelaki kelahiran Anyar Kidul, Serang, Banten, 28 Februari 1911 yang memiliki nama kecil “Kuding” (berasal dari kata Udin –red) ini adalah keturunan darah Sunda dari sang Ibu dan Sunda Minangkabau dari pihak ayah. Serupa dengan Soekarno, Mr. Syafruddin Prawiranegara adalah pejuang pada masa kemerdekaan Republik Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia), yaitu tatkala pemerintahan Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta jatuh ke pihak Belanda yang membonceng tentara NICA pada Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948.
Oleh karenanya, berbarengan dengan hari ke-19 tahun 1948 itulah Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai presiden RI menggantikan Bung Karno yang berhasil ditangkap Belanda dan dibuang ke Pulau Bangka. Namun tak sampai satu tahun jabatan ini berakhir, yaitu tanggal 13 Juli 1949 setelah adanya Perjanjian Roem-Royen yang mengakhiri ekspansi Belanda atas bumi Nusantara. Akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta.
-
Mr. Assaat
Sekembalinya Bung Karno dan Bung Hatta dari pembuangan Belanda di Pulau Bangka sebagai hasil kesepakatan perundingan Roem- Royen, maka pemerintahan Indonesia pernah dijadikan sebagai pemerintahan federasi berujud Republik Indonesia Serikat
- Republik Indonesia Serikat – RIS
Sebagai kelanjutan perundingan terhadap pihak Belanda, Indonesia juga pernah dijadikan sebagai sebuah negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat. Yaitu suatu negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), yang pertama adalah pihak Republik Indonesia, yang kedua adalah Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan yang ketiga adalah pihak pemerintahan Belanda. Pencapaian kesepakatan dalam perundingan ini disaksikan pula oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) yang berlaku sebagai perwakilan PBB. - Presiden Mr. Assaat
Sebagai hasil dari perjanjian Konferensi Meja Bundar, maka mulai 27 Desember 1949, Assaat diamanatkan menduduki jabatan Acting Presiden Republik Indonesia hingga tanggal 15 Agustus 1950. Berakhirnya Assaat menduduki jabatan presiden RIS adalah saat Republik Indonesia Serikat dibubarkan yaitu pada 17 Agustus 1950, yang kemudian diputuskan bahwa negara-negara bagian RIS meleburkan diri kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal yang tak bisa dilupakan saat menjadi Acting Presiden RI, Assaat jugalah yang menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. Selepas itu Assaat hijrah kembali ke Jakarta dan menjadi anggota parlemen (DPR-RI), hingga kemudian duduk dalam Kabinet Natsir menjadi Menteri Dalam Negeri pada bulan September 1950 sampai dengan Maret 1951. Namun seusai Kabinet Natsir bubar, Assaat kembali menjadi anggota Parlemen.
-
Soekarno (kembali)
Tatkala Republik Indonesia Serikat dibubarkan tanggal 17 Agustus 1950, yang kemudian menyatakan diri untuk kembali lagi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Sehingga Soekarno secara syah tetap memiliki kedudukan jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia dan masih didampingi oleh Muhamad Hatta.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno ini, meski di dalam negeri masih belum menentu keadaannya, namun Indonesia tetap menjadi barometer dunia dan sangat dipandang oleh negara lain. Hal itu tak lain karena kepiawaian Soekarno dalam menjalin hubungan dan menguraikan gagasan terhadap bangsa lain. Diantaranya adalah gagasan tentang keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika yang masih belum merdeka dan belum memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri yang membuatnya untuk mengambil inisiatif mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung.
Keterpurukan Sukarno diawali oleh situasi politik dalam negeri yang tidak menentu pasca enam jenderal dibunuh dalam peristiwa “Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965. Dan meskipun pelaku sesungguhnya dari peristiwa pembunuhan jendral masih kontroversi namun PKI adalah pihak yang tertuduh, sehingga banyak kelompok massa berkeinginan membubarkannya. Kelompok massa itu antara lain adalah KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) yang acap menggelar aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.
Soekarno meresponnya secara dingin dan bahkan juga menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme), dan justru inilah kemudian yang menjadi faktor melemahnya Soekarno dalam posisi politik. Hingga lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno, yaitu surat yang merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.
Tanpa diduga sebelumnya, justru dari surat inilah Soekarno juga digembosi, karena Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat memanfaatkannya sebagai surat sakti guna membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. Pemanfaatan tersebut dibuktikan dari keadaan surat perintah (sebelas Maret) yang kemudian ditetapkan oleh MPRS berujud TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.
Secara otomatis kekuasaan Soekarno berakhir di sini, dan secara cerdik Soeharto berhasil mengambil-alih posisinya, didukung oleh massa yang mayoritas telah terdoktrin akan pembubaran PKI. Pidato “Nawaksara” sebagai pertanggungjawaban Soekarno ditolak oleh MPR, dan akhirnya hanya menghantarkan Sokearno untuk menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka tertanggal 20 Februari 1967
Dengan tandatangan Soekarno, secara de facto Soeharto telah menjadi kepala pemerintahan Indonesia, dan kemudian dikuatkan pada Sidang Istimewa MPRS mencabut kekuasaan Presiden Soekarno sekaligus mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan secara de jure mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
-
Soeharto
Soeharto yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada tanggal 8 Juni 1921 adalah Presiden Indonesia yang menjabat sejak tahun 1967 hingga tahun 1998.
Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto adalah presiden terlama Indonesia yang menggantikan Soekarno. Karena memiliki raut muka yang selalu tersenyum, maka ia dijuluki sebagai “The Smiling General” (Sang Jenderal yang Tersenyum”). Sebelumnya Soeharto adalah seorang komandan tentara pada masa pendudukan Jepang dan Belanda berangkat terakhir Mayor Jenderal yang awalnya tak begitu dikenal orang. Akan tetapi pasca terjadinya Gerakan 30 September 1965 nama Soeharto langsung membumbung tinggi yaitu selepas mengambil perintah tanggal 11 Maret dari Bung Karno dan menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap pemberontakan G 30 S/PKI.
Nama Suharto semakin moncer atas keberhasilannya dalam memimpin operasi penumpasan PKI yang menewaskan lebih dari 500.000 jiwa. Pengambilalihan kekauasaan dari Soekarno oleh Suharto menghantarkannya secara resmi untuk mnjadi presiden pada tahun 1968. Karir sebagai kepala negara dilanjutkannya secara mulus, yaitu dipilihnya kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Namun akibat kebosanan rakyat dan kediktatoran sang pemimpin, maka pada 21 Mei 1998, masa jabatannya berakhir, yaitu dengan cara mengundurkan diri akibat huru-hara yang terjadi Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa.
Ada hal yang tetap perlu diberikan apresiasi, bahwa dalam masa kekuasaannya yang disebut Orde Baru, Soeharto juga terkenal dengan julukan sebagai “Bapak Pembangunan” karena keberhasilannya membangun negara yang stabil sehingga mencapai kemajuan pada bidang infrastruktur serta ekonomi. Hal yang disayangkan adalah adanya pembatasan kebebasan warganegara, utamanya keturunan Tionghoa, dan juga adanya praktek korupsi, kolusi serta nepotisme (KKN).
Setelah lebih dari 30 tahun tak pernah mengalami pergantian kepemimpinan, maka B.J. Habibie yang awalnya menjabat sebagai wakil presiden secara otomatis naik tahta akibat pengunduran diri sang presiden pada tahun 1998.
-
Bacharuddin Jusuf Habibie
Prof. DR. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie adalah tehnisi lulusan Jerman yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Merupakan Presiden Republik Indonesia yang menggantikan Soeharto pasca pengunduran diri dari jabatan presiden tanggal 21 Mei 1998. Masa jabatan Habibie adalah 1 tahun dan 5 bulan yaitu setelah diawali dengan jabatan wakil presiden dalam kurun waktu 2 bulan 7 hari.
Habibie adalah sosok Presiden yang juga sekaligus memiliki jabatan sebagai Wakil Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. Nama Habibie akhirnya juga dipakai sebagai nama sebuah universitas di Gorontalo yang awalnya memiliki nama Universitas Negeri Gorontalo.
Dari masa pemerintahan Habibie inilah era reformasi itu dimulai, dan selanjutnya jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dipilih MPR hasil Pemilu 1999.
-
Gusdur – Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid atau akrab dipanggil Gus Dur adalah seorang Kyai Haji yang terlahir di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 7 September 1940. Merupakan tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia sejak tahun 1999 hingga 2001 menggantikan Presiden B. J. Habibie. Gusdur adalah presiden yang ddipilih langusng oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah Indonesia pada pemilu tahun 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh beberapa menteri yang tergabung dalam Kabinet Persatuan Nasional.
Masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid ini dimulai tanggal 20 Oktober 1999 dan berakhir tanggal 23 Juli 2001 yang kemudian digantikan Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR melalui Sidang Istimewa.
Abdurrahman Wahid adalah kyai “nyentrik” dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang selalu membuat keputusan berbeda dari presiden sebelumnya. Gusdur adalah juga mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama yang mengembalikan keerasingan ras Cina di bumi Nusantara, salah satunya dengan mengangkat perayaan Imlek sebagai libur hari raya.
-
Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri merupakan presiden yang diangkat pada sidang istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001 menggantikan Gusdur. Ia merupakan putri Bung Karno kelahiran Yogyakarta pada 23 Januari 1947, yang memiliki nama lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri dan akrab dengan panggilan “Mbak Mega”
Mbak Mega merupakan Presiden wanita Indonesia pertama yang pada tanggal 20 September 2004 digantikan Susilo Bambang Yudhoyono melalui Pemilu Presiden 2004 dua putaran.
Serupa dengan Pak Habibie, Mbak Mega adalah presiden yang naik tahta karena sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden di era pemerintahan Gusdur.
Perjuangan Megawati untuk mendirikan demokrasi di negeri ini merupakan perjalanan yang sangat penjang, yaitu sejak era orde baru ia berhasil menjabat sebagai ketua umum PDI, yang lalu direkayasa dengan Munaslub di Medan yang berhasil menggantikannya dan mendudukkan Suryadi sebagai ketua umum, hingga pada akhirnya dikait-kaitkannya beliau pada kejadian kerusuhan di Jalan Diponegoro Jakarta. Pembentukan sebuah partai bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pasca tumbangnya Soeharto adalah langkah awal secara resmi diakui negara yang sekaligus pemisahan diri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) tahun 1999.
-
Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono adalah pria yang lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, pada tanggal 9 September 1949 yang juga merupakan Presiden Indonesia menggantikan Megawati Soekarnoputri. Jend. TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono GCB AC menjabat sebagai presiden selama dua periode, yaitu sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014. Periode pertama sebagai presiden dijabatnya bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, sedangkan periode kedua adalah keberhasilannya memenangkan Pemilu Presiden 2009 berdampingan dengan wakil Presiden Boediono.
Panggilan “Sus” kepada Yudhoyono oleh orangtuanya tak menular kepada banyak orang karena ia lebih populer dengan sebutan”SBY.”
Serupa dengan Soeharto, setelah melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di kampung terpencil, SBY mengawali kariernya di ketentaraan yang kemudian berhasil mengantarkannya untuk diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1999.
Partai Demokrat adalah kendaraan politik yang juga menghantarkannya untuk maju dan membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilu langsung oleh rakyat Indonesia.
-
Jokowi – Joko Widodo
Jokowi adalah nama tenar dari Joko Widodo, pria ceking bertampang kampung yang terlahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 21 Juni 1961 yang merupakan Presiden Republik Indonesia pengganti Susilo Bambang Yudhoyono.
Jokowi resmi menjabat presiden sejak 20 Oktober 2014 bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla setelah berhasil menang dalam Pemilu Presiden atas rivalnya Prabowo Subianto – M. Hata Rajasa, tanggal 9 Juli 2014. Pemilihan Presiden secara langsung tahun 2014 ini termasuk pemilihan yang berbeda dan mendapatkan antusias dari banyak warga, pasalnya massa yang dahulunya lebih memilih ‘golput’ namun kali ini rela melakukan pemilihan dengan alasan adanya harapan pada pemimpin baru bernama Jokowi.
Sebelum diangkat sebagai presiden RI, Jokowi pernah menjabat sebagai Walikota Surakarta selama dua periode, yaitu sejak 28 Juli 2005 sampai 1 Oktober 2012, dan juga pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014.
Saat memimpin Solo, Jokowi didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakilnya, sedangkan di Jakarta Jokowi didampingi Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur.
Jokowi adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dalam pemilihan Presiden didukung oleh koalisi Indonesia Hebat yang meliputi Partai Hanura, Partai Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan juga PKPI.
Jokowi merupakan harapan baru bagi masyarakat Indonesia karena jejak kepemimpinannya telah terbukti pro terhadap rakyat dan tak mementingkan diri pun kelompoknya. Gayanya yang acapkali “blusukan” menjadi trend yang terkenal dan banyak ditiru pemimpin lainnya, karena dari sanalah ia bisa mengetahui kehendak dan isu terkini dari rakyat terbawahnya.
Jika menyimak peristiwa yang terjadi sejak pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga kini, maka kita akan bisa membuktikan bahwa Jokowi bukanlah presiden ke-7 Indonesia. [uth]
Sumber Rujukan;
[1] Daftar Presiden Indonesia id.wikipedia.org Diakses pada 21 Oktober 2014
[2] Gambar Lambang Presiden RI id.wikipedia.org Diakses pada 21 Oktober 2014
[…] Apabila mengamati sejak pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga kini, maka kita akan bisa membuktikan bahwa Jokowi bukanlah presiden ke-7 Indonesia […]
[…] Grandjean diberi nama Roman du Roi atau “rupa huruf raja”, dengan alasan dibuat atas perintah kepala kerajaan yaitu Raja Louis […]
[…] kepemimpinan pemerintahan yang telah berulangkali mengalami pergantian di negeri ini. Bahwa selain Presiden, sejatinya kita juga telah berulangkali mengalami pergantian kepemimpinan berujud Perdana Menteri, […]
[…] kepemimpinan pemerintahan yang telah berulangkali mengalami pergantian di negeri ini. Bahwa selain Presiden, sejatinya kita juga telah berulangkali mengalami pergantian kepemimpinan berujud Perdana Menteri, […]
[…] Hobby main kungfu dari kecil mengantarkannya untuk mendirikan perguruan kungfu Hap Kun Do. Dan ketika film-film laga dari Taiwan merajai layar lebar, Andrie juga melamar sebagai bintang film di perusahaan Eterna Film Hongkong, dengan kontrak kerja selama 3 tahun. Tahun 1980, untuk pertama kalinya Andrie ke luar negeri. Setelah melewati 3 tahun merasakan suka dukanya bermain film di Taiwan, Andrie tahu, dunia film bukanlah dunianya lalu dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. […]
[…] Di Indonesia sebenarnya bukan saja sosok Radityadika ataupun ndorokakung a.k.a Wicak yang memperoleh titel seleb dari dunia maya, melainkan masih banyak lagi. Begitupun di negara lain, ada banyak pesoohor yang terlahir dari kreativitasnya pada dunia internet. Sebagai salah satu contoh yang sedang hangat diberitakan dewasa ini adalah sosok perempuan cantik bernamalengkap Zoe Elizabeth Sugg. […]
[…] pada tahun 1968, Indonesia mengemban posisi yang cukup penting di Asia Tenggara, yaitu menjadi proyek payung (Umbrella […]