Puncak Suroloyo: Tempat Menikmati Pemandangan Alam dan Pesona Candi Borobudur

8
7404
Puncak Suralaya Menoreh Samigaluh Kulon Progo
Puncak Suralaya Menoreh Samigaluh Kulon Progo

Suralaya adalah salah satu puncak tinggi di kawasan pegunungan Menoreh, yaitu pegunungan pun perbukitan yang mencakup tiga wilayah kabupaten; Kulon Progo, Purworejo, dan Magelang.       Kabupaten Kulon Progo masih merupakan wilayah yang berada dibawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta, sementara Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo berada di area Karesidenan Kedu, Jawa Tengah.

Suralaya atau ada yang menuliskannya “Suroloyo” tepatnya berlokasi di kecamatan Samigaluh, kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.       Sebuah wilayah puncak perbukitan yang akan menyuguhkan pemandangan indah utamanya pada pagi hari bakda Subuh, karena meskipun berselimut kabut pekat namun apabila cuaca cerah maka akan nampak indah kehadiran sang surya.

Perjalanan

Menuju Puncak Suroloyo merupakanperjalanan yang penuh dengan  petualangan karena akan ada banyak tantangan bisa ditemui, baik tantangan berkendara, tantangan mengambil gambar-gambar indah (photography), tantangan menikmati kuliner, dan masih banyak lagi.     Itu semua adalah hal yang sayang untuk dilewatkan. Jalanan sempit penuh tanjakan curam, kelokan tajam, serta diapit oleh bukit dan jurang, berundak tanah dengan tetumbuhan kopi pun kebun teh, hamparan sawah, dan masih banyak lagi, semuanya menjadi bumbu perjalanan yang asyik, indah, namun juga cukup mendebarkan.              Yang pasti segala perasaan yang acap menguras adrenalin itu akan tergantikan dengan ketakjuban saat melihat pemandangan yang terhampar. Gugusan perbukitan nampak berdiri kokoh melindungi kawasan perdesaan di lembah yang dikelilingi areal persawahan dan ladang. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah warna hijau berpadu dengan biru langit dan putihnya mega, bahkan sesekali juga terlihat bunga liar yang tumbuh dengan anggun di tengah rumpun ilalang

  • Akses Kendaraan Pribadi

Sejatinya akan lebih nyaman baik dalam menikmati pemandangan pun membagi waktu apabila menempuh perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi pun menyewa kendaraan sendiri.      Dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya dari (perempatan) tugu Jogja, kita bisa mengambil arah ke barat, menuju jalan Godean, tetus saja melewati ringroad Demak Ijo dan Pasar Godean juga masih tetap lurus. Bertemu perempatan lampu merah (traffic light) daerah Godean tetap masih lurus, hingga melewati jembatan Ngapak sebagai akses untuk menyebrangi sungai Progo.     Setelah itu, kira-kira 400 meter dari jembatan sungai Progo tersbeut akan menemukan kembali perempatan lampu merah (traffic light) dengan nama daerahnya adalah Kentheng – Nanggulan (sudah bisa melihat pemandangan perbukitan Menoreh di kejauhan), ambil aja yang arah ke kanan, yaitu yang menuju ke arah Muntilan dan Magelang.

Dari tempat ini jalan saja terus ke utara ikuti jalan raya hingga menemukan perempatan lampu merah (traffic light) daerah Dekso.    Dari perempatan ini ada dua alternatif, Anda bisa belok ke kiri (menuju arah barat) ataupun bisa meneruskan tetap lurus ke utara, dari tempat itu nanti akan ada beberapa petunjuk jelas guna menuju puncak Suroloyo, atau kalau sekiranya menemui kebuntuan, silakan bertanya saja pada penduduk sekitar yang mayoritas juga telah akrab dengan Suroloyo.    Tak jauh dari Dekso (Kalibawang) ini maka nanti akan kita temukan jalan yang sudah mulai berkelok dan menanjak, silakan bersiap-siap untuk menikmati pemandangan indah namun cukup mendebarkan.

  • Akses Kendaraan Umum

Menggunakan kendaraan umum masih memungkinkan bagi rekan-rekan yang memang hendak murni berpetualang, hanya saja jangan berangkat sore, karena sarana transportasi umum yang melewati tempat ini sangat jarang dan cenderung susah ditemukan kala sore hari.           Namun jangan khawatir apablia hendak berangkat siang (apabila hendak menginap di puncak Suralaya), karena masih dimungkinkan karena adanya kendaraan umum.  Namun berangkat pagi bakda Subuh adalah hal yang lebih disarankan.

Berikut adalah dua akses yang bisa ditempuh apabila hendak menggunakan sarana transportasi umum;

    1. Jalan Wates
      Dari kota Jogjakarta, kita bisa memilih kendaraan yang menuju Kalibawang, Kulon Progo, Anda bisa memilih kendaraan (bus) yang melalui jalan Wates, lalu nanti turun saja di pertigaan lampu merah (traffic light) Ngeplang (Sentolo), yaitu setelah melewati jembatan Bantar dan setelah kompleks markas Brimob.     Setelah itu berpindah lagi memilih kendaraan yang menuju arah jalan Magelang yang biasanya juga mangkal di tempat yang ada sub terminal-nya ini.  Yang kedua adalah memilih kendaraan (bus) menuju Nanggulan, Kulon Progo
    2. Jalan Godean
      Pilihan kedua adalah menempuh perjalanan dengan kendaraan umum melalui jalan Godean.    Dari kota Yogyakarta, silakan memilih kendaraan bus yang menuju Kenteng – Nanggulan, yaitu yang melewati pasar Godean. Setibanya di perempatan Kenteng, silakan turun dan lalu berganti kendaraan yang ke arah utara (Magelang) dan turun di seputar daerah Dekso, atau bisa juga di seputar Boro, dari sana akan ada tukang ojek yang siap mengantarkan Anda menuju puncak Suroloyo.   Tarif jasa ojeg biasanya sekitar Rp 50.000,-
  • Gunung Kendil

Setelah dari daerah Dekso, kita akan memulai petualangan di perbukitan yang sebenarnya, ialah perbukitan Menoreh, tempat bersejarah dalam perjuangan Pangeran Diponegoro pada masa Perang Jawa.        Dan kurang lebih 300 meter jelang puncak Suralaya kita akan menemukan sebuah bukit yang dikenal dengan nama “Gunung Kendil.”     Perbuktan yang syahdu dengan suara debur angin namun juga akan diselingi suara makhluk lain, baik binatang ataupun manusia, karena tak jauh dari tempat ini berdiri pula sebuah bangunan Sekolah Dasar yang pada pagi hari dipenuhi anak-anak yang sedang riuh belajar dan bermain.

Keramahan Alam dan Lingkungan

Pemandangan lain adalah suasana khas keramahan pedesaan akan mudah didapati pada tempat ini, tatkala berjumpa dengan sosok manusia di perjalanan tak jarang akan ada tegur sapa meski tak kenal nama apalagi asalnya.  Sebagai contoh tata krama yang santun ini adalah adanya seorang nenek tua yang menggendong beban berat namun tak enggan menyapa sekedar “say hello” pun mengucapkan kata permisi. Padahal siapa yang tamu, siapa pula yang tuan rumah?

Sementara pagi masih berkabut pekat pada tanaman serta mengepul di udara, namun banyak masyarakat pegunungan Menoreh di seputara puncak Suralaya, Samigaluh, Kulon Progo telah giat melakukan aktivitasnya. Alam seolah telah luruh menjadi satu dengan tubuh mereka.

  • Puncak Sindoro, Sumbing, Merbabu, dan Merapi

Tiba di kawasan Puncak Suroloyo, ada tiket berharga Rp. 2.000 untuk satu orang yang harus kita bayar. Bagi pengguna kendaraan, takusah khawatir dengan lokasi parkir dengan harga yang juga masih wajar, dan bagi Anda yang hendak stay di lokasi, ada homestay yang bisa disewa serta ada pula lokasi yang bisa digunakan untuk membangun tenda.

Menuju puncak Suralaya, ada lebih dari 100 anak tangga yang harus didaki.    Awal pendakian bisa jadi akan terasa biasa saja, namun lama-kelamaan semakin naik makan akan menjadi tersengal nafasnya, apalagi bagi Anda yang tak biasa berolahraga. Namun akan terasa lega ketika telah menjejakkan kaki di Puncak Suroloyo yang memiliki ketinggian 1.019 m dpl ini.

Kepakan sayap puluhan burung gereja, kupu-kupu, dan juga capung, terbangnya rombongan unggas dan serangga, seolah memberikan hiburan dan sajian “tari selamat datang” kepada para pengunjungnya. Sementara pesona alam yang indah dan menakjubkan terhampar di depan mata, pohon nan rindang sambung menyambungm areal persawahan berbentuk terasering menghiasi dinding perbukitan, kebun kopi dan cengkeh berderet seolah membentangkan tangan-tangannya, semuanya berpadu mesra dengan lembah dan perdesaan.         Dan yang tak ketinggalan, apabila cuaca sedang cerah maka di kejauhan akan terlihat pula pemandangan indah berupa puncak-puncak gunung; Gunung Sindoro (Woonosobo), Gunung Sumbing (Magelang), Gunung Merbabu Boyolali), dan Gunung Merapi (Yogyakarta).

  • Sajian Mungil Candi Borobudur

Lagi-lagi tatkala cuaca cerah menghinggapi kita, maka akan nampak pula keindahan candi Borobudur bak miniatur yang tersembul diantara rimbunnya pepohonan dan indahnya awan yang berarak.     Bak miniatur karena memang ukuran yang sangat mungil karena memang efek jauhnya jarak.

Cerita Legenda yang Dipercayai

Selain pesona keindahan yang tersaji, hal yang tak kalah menarik untuk digali adalah cerita yang beredar sehubungan dengan keberadaan Puncak Suralaya itu sendiri. Diantaranya adalah terdapatnya sosok lambang Semar serta arca dewa Shiwa yang dipercaya oleh sebagian masyarakat bahwa puncak Suralaya ini merupakan kahyangan, yaitu tempat berkumpulnya para dewa.

  • Kitab Cabolek oleh Raden Ngabehi Yasadipura

Arca Dewa Shiwa di Puncak Suralaya Suralaya.jpg
Arca Dewa Shiwa di Puncak Suralaya (ikanmasteri.com)

Cerita lain adalah sebagaimana terpapar pada Kitab Cabolek yang ditulis Raden Ngabehi Yasadipura, bahwa pada seputar abad 18, suatu hari Sultan Agung Hanyokrokusumo (yang kelak menjadi Raja Mataram, kala itu masih bernama Mas Rangsang  –red) memperoleh wangsit (perintah dalam mimpi) supaya berjalan dari Keraton Kotagede menuju arah barat.

Selanjutnya wangsit itu dipenuhi, berjalanlah Mas Rangsang dari Kotagede hingga tiba di puncak Suroloyo, selanjutnya dengan alasan kecapekan karena telah menempuh perjalanan kurang lebih 40 kilometer, maka beliau tertidur di puncak Suralaya. Dalam keadaan tak sadar itu Mas Rangsang kembali menerima wangsit agar bertapa di tempat dia berhenti. Hal ini dilakukan sebagai syarat agar kelak dia bisa menjadi Raja sebagai penguasa yang bersih, adil, serta bijaksana.

Meski hanya berujud cerita, namun ada yang harus tetap disyukuri tatkala telah mencapai puncak Suralaya ini, bahwa ada perenungan bukan saja sebatas pada wujud Borobudur yang tergambar pada lensa kamera, namun Borobudur adalah dua kata; Biara dan Beduhur, yang memiliki definisi “Pemikiran kejernihan yang memuncak.”         Bagaimana, Anda tertarik dengan keindahan namun harus diawali dengan perjalanan petualangan ini? [uth]

Sumber Rujukan;

[1] PUNCAK SUROLOYO Meneropong Candi Borobudur dari Perbukitan Buddha Tidur www.yogyes.com Diakses pada 26 Oktober 2014

[2] Gambar ilustrasi pic.ikanmasteri.com Diakses pada 26 Oktober 2014

Berbagi dan Diskusi

8 COMMENTS

  1. […] Secara kasat mata, bentuk Candi Gondoarum saat ini nyaris tak nampak lagi sebagaimana wujud candi pada umumnya. Lain dari itu, yang terlihat hanyalah puing-puing pondasi pun dasar candi, dimana bentuknya sepintas menyerupai batu lain. Yang membedakan adalah terdapatnya beberapa guratan pun ukiran di beberapa sisi batu, yang apabila dirangkai, guratan pun ukiran tersebut bisa saling berhubungan. Masih menurut penuturan dari sang Juru Kunci, Candi Gondoarum ini diduga lebih dahulu ada dibanding Candi Borobudur di Magelang. […]

  2. […] Wangsit yang didapat menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan genderuwo menyerang penduduk Mejayan akan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari desa. Maka, dibuatlkan semacam kesenian yang melukiskan fragmentasi pengusiran roh halus yang membawa pagebluk tersebut. […]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here