Daftar Isi
Sebagai orang tua, melakukan pendampingan dalam memberikan pendidikan kepada anak adalah hal yang sangat disarankan, baik ketika anak masih berusia balita ataupun setelah ia beranjak remaja. Setiap perkembangannya tentu saja akan ada tantangan tersendiri yang harus dihadapi.
Mendampingi anak selagi masih balita bisa jadi dikategorikan sebagai hal yang mudah karena masih sebatas memberikan pelajaran kegiatan sehari-hari. Namun bagi sebagian lainnya bukan tidak mungkin hal itu merupakan permasalahan yang susah, karena kenyataannya tak semua orang tua memiliki kecakapan dalam memberikan didikan, sebagai contoh pada keluarga muda. Begitupun sewaktu anak telah beranjak dewasa, ada lebih banyak tantangan dalam melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap mereka.
Wujud pendampingan dalam mendidik anak saat kecil misalnya mengenakan pakaian sendiri dan juga pergi ke toilet untuk membuang hajat. Begitu beranjak remaja tentu saja pendampingannya akan lebih terasa berat karena mengikuti tantangan yang semakin besar, sebagai contoh adalah memberikan pengertian mengenai bahaya narkoba pun pendidikan seks.
Toilet Training
Berbicara tentang pendampingan pendidikan terhadap si kecil, adalah satu keharusan mulai mendidiknya untuk belajar mandiri dalam menangani kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Pergi ke toilet membuang hajat, entah buang air besar ataupun air kecil, dan lalu menyiram kotoran serta membereskan diri, adalah hal sepele namun bukan berarti bisa disepelekan. Butuh latihan dari si kecil dan juga pendampingan oleh orang tua. Laihan dan pendampingan ini acap dinamakan dengan isitilah Toilet Training.
Dalam melakukan kebiasaan toilet training, selain konsistensi, yang menjadi kunci utama keberhasilan adalah juga membuang rasa rasa jijik serta mengendalikan emosi. Membuang rasa jijik diterapkan karena dalam mendiidk ke toilet adakalanya orangtua sebagai pendamping harus membersihkan kotoran yang masih sering “belepotan” di badan dan tercecer di lantai. Sedangkan pengendalian emosi, kegiatan pendampingan ini tentu saja butuh kesabaran ekstra, sehingga bukan pada tempatnya memanjakan emosi ke diri anak.
Namun apabila kondisi anak menunjukkan rasa ketidaksukaan dan mengarah pada stress, segera hentikan toilet training untuk beberapa saat. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa ditempuh guna mengajari si keil secra perlahan;
-
Mengurangi Penggunaan Popok
Ketika anak sudah mulai aktif, misalnya saat berusia satu tahun, alangkah baiknya mulai mengurangi pemakaian popok padanya. Pelan-pelan tidak memakaikan popok padanya satu jam, dua jam, hingga setengah hari pada si kecil, khusunya sewaktu berada di rumah, ini merupakan langkah awal mendidiknya mandiir untuk pelan-pelan juga mengetahui tempat buang air.
-
Menyediakan potty trainer
Menyediakan potty trainer adalah langkah baik setelah menguranginya mengenakan popok. Untuk mengawali, biarkan saja si kecil bermain dan duduk di atas potty trainer itu, kemudian sedikit dmei sedikit beritahukan fungsi darinya. Dan apabila si kecil sudah mulai ada keinginan mencoba, berikan pujian agar dia lebih merasa senang. Sebaliknya, jika ia nampak tak menyukainya, mohon bersabar untuk menunggunya beberapa hari ke depan dan kemudian dicoba kembali.
Ada baiknya juga meletakkan potty trainer ini pada ruangan khusus, misalnya dekat dengan toilet. Hal ini tak lain ditujukan untuk memudahkan dalam memberikan didikan kepada anak tentang kesadaran membuang hajat di toilet.
-
Langsung ke Toilet
Bagi orang tua yang masih kurang mampu membeli potty trainer, tak usah berkecil hati, karena orang tua bisa langsung mengajaknya menggunakan toilet. Hanya saja hal ini harus diterapkan pada anak yang telah benar-benar kuat ataupun berusia lebih, di samping itu dibutuhkan pula pengawasan ekstra demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Mengajak langsung ke toilet ini juga berlaku bagi si kecil yang sidah bisa memahami fungsi dari potty trainer. Jangan keterusan buang air di tempat tersebut, melainkan ajaklah juga ke toilet langsung.
-
Meminta pun menanyakan secara berkala
Berkomunikasi dengan si kecil bisa dilakukan dengan berbagai cara, bisa melalui wicara ataupun bisa menggunakan bahasa tubuh. Dalam berkomunikasi tersebut, jangan lupa menanyakan ikhwal buang air kepadanya secara berkala. Kebiasaan ini sejatinya juga membantu orangtua untuk menandai kapan ia buang air kecil dan jam berapa saja si kecil buang aor besar.
-
Memberikan waktu
Tatkala si kecil sudah mulai nyaman berada di dalam toilet, pelan-pelan mulai tinggalkan dia sendirian, namun tetap dalam pengawasan. Misalnya sekedar ditinggal di luar pintu, lalu pelan-pelan ditunggu di luar pintu smabil menyapu, dan seterusnya. Hal ini dilakukan selain memiliki tujuan agar anak mulai terbiasa mandiri, juga agar sang anak juga mulai mengetahui sisi-sisi privasi dalam urusan kesehariannya.
Tetap Diperhatikan
Meski langkah pelan-pelan dalam mendampingi si kecil untuk belajar mengurusi diri sendiri sejak dini telah dilakukan, namun ketika kebersamaan antara orang tua dan anak dalam belajar membuang air di toilet telah lancar, bukan lantas menjadikan orangtua melepaskannya begitu saja. Memang alangkah leganya ketika orang tua sudah tak butuh lagi membeli popok, hanya saja tetap ada tantangan lain yang juga tak bisa lantas ditinggalkan begitu saja, salah satunya adalah mendidiknya mengenakan pakaian sendiri.
Dalam berpakaian, yang berhubungan dengan pergi ke toilet ini antara lain adalah pendampingan saat melepas dan mengenakan celana. Jangan sampai hanya karena orangtua sudah siap melepaskan anak untuk eprgi ke toilet, lantas ia membiarkannya begitu saja. Karena ancaman resleting pada celana anak adalah hal yang tak bisa diabaikan begitu saja. [uth]
[1] Anak Sukses Potty Training parenting.co.id Diakses pada 26 November 2014
[2] Gambar ilustrasi shutterstock.com Diakses pada 26 November 2014
shutterstock.com
[…] yang unik dan menarik adalah ritual penguburan kematian bayi yang terjadi di salah satu bagian wilayah tana Toraja, ialah […]
[…] yang unik dan menarik adalah ritual penguburan kematian bayi yang terjadi di salah satu bagian wilayah tana Toraja, ialah […]
[…] Tak seberat ketika beranjak remaja, karena wujud mendidik anak saat kecil masih sebatas mengenakan pakaian sendiri dan juga pergi ke toilet untuk membuang hajat […]
[…] dari syair sebuah lagu anak-anak yang acap didendangkan di Sekolah Dasar. Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat […]
[…] tua, putih telur yang bertekstur menyerupai agar-agar dan disukai anak-anak ini juga bagsu bagi si kecil. Pasalnya kandungan protein tinggi menjadi bekal yang sangat membantu bagi […]
[…] bagi anak-anak. Diawali dengan kebiasaan para ibu ataupun pengasuh yang merasa lebih nyaman jika mengasuh si kecil sambil menikmati televisi di dalam rumah. Maka sebagian anak-anak juga tak bisa lepas dari layar […]
[…] Madu Meskipun memiliki fungsi sebagai pemanis alami, akan tetapi madu juga memiliki kandungan spora bakteri dengan produksinya berupa bakteri Clostridium Botulinum. Ini jelas tidak bagus diberikan pada si kecil buah hati. […]
[…] Terlepas manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca, ada yang juga tak bisa dilupakan, yaitu adanya kondisi tertentu –dalam membaca– yang sejatinya memiliki pengaruh tak baik bagi kesehatan. Kondisi tak baik dalam membaca itu adalah ketika sedang membuang hajat di toilet. [Baca juga: Beberapa Cara agar Si Kecil Mandiri Buang Air di Toilet] […]
[…] Dengan kandungan yang berlimpah tersebut, kita bisa memanfaatkannya sebagai ramuan alami penyembuh diabetes dan obat sariawan. Sedangkan dari biji dari kacapiring alias jemparing ini kita juga bisa mengambil khasiatnya sebagai pereda demam serta penawar sembelit pun susah BAB (buang air besar). […]