Daftar Isi
Tak bisa dipungkiri bahwa keberagaman suku, budaya, dan adat-istiadat merupakan bagian dari kekayaan bumi Nusantara mendampingi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Keberadaan keduanya bahkan memiliki fungsi yang saling menopang dalam kehidupan ini. Sebagai contoh adalah adat bercocok-tanam yang tetap memerhatikan kelestarian alam, ialah kearifan lokal yang secara tidak langsung menjadi penting dalam memberikan ruang pada alam karena jauh dari sifat merusak pun mengeksploitasi.
Selain bercocoktanam, sejatinya pada setiap suku di Nusantara ini juga terdapat kegiatan yang acap menjunjung nilai-nila kearifan, sebagai contoh adalah adanya sebuah ritual tatkala terjadi kematian salah satu warga. Meski telah mati, tak jarang tetap dijunjung tinggi keberadaannya, salah satunya adalah dengan mengadakan upacara sesuai adat. Ada adat kematian suku Batak, ritual pembakaran jenazah ala Bali, upacara penguburan orang mati di atas batu oleh orang-orang yang memiliki kepercayaan Merapu di Sumba – Nusa Tenggara, dan masih banyak lagi.
Satu yang unik dan menarik adalah ritual penguburan kematian bayi yang terjadi di salah satu bagian wilayah tana Toraja, ialah Passiliran.
Apa itu Passiliran?
Sebelum mendapatkan jawaban tentang Passiliran, ada baiknya kita mengenal dulu satu tempat yang menjadi bagian dari Tana Toraja, yaitu Kambira.
-
Kambira
Kambira adalah salah satu kampung yang berlokasi di Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Apabila ditempuh dari Rantepao yang merupakan ibu kota Toraja Utara dan juga sebagai tempat berkumpulnya para turis guna mengunjungi Toraja, tempat ini memang lumayan jauh. Akan tetapi akan menjadi dekat tatkala kita menempuhnya dari Makale, yaitu ibu kota Tana Toraja.
-
Pohon Tarra’
Serupa dengan wilayah di Tana Toraja lainnya, di Desa Kambira ini ada banyak keunikan dan keindahan yang bisa dinikmati sebagai obyek wisata. Salah satunya adalah keberadaan pohon Tarra’, yaitu sebuah pohon sangat besar karena memiliki diameter sekitar 80 hingga 100 cm dan memiliki getah yang sangat banyak.
Di Kambira, keberadaan Pohon Tarra ini sesuai adat telah lama dimanfaatkan sebagai tempat penguburan bagi anak kecil ataupun bayi (baby graves). Bayi-bayi yang dimakamkan pada pohon Tarra ini adalah bayi yang masih belum tumbuh giginya. Tradisi penguburan bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi tersebut oleh masyarakat lebih dikenal dengan istilah Passiliran.
Mengacu pemaparan yang ada, pemilihan pohon Tarra’ ini salah staunya karena merupakan pohon yang menghasilkan getah sangat banyak, di mana getah ini dianggap sebagai pengganti ASI (air susu ibu). Ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa orang Toraja hendak mengembalikan bayi ini pada rahim ibunya.
Dengan mengembalikan bayi kepada rahim ibunya, maka mereka meyaqini bahwa hal tersebut akan mampu menyelamatkan bayi-bayi yang lahir di kemudian hari.
-
Penempatan Bayi
Untuk proses penempatan pemakaman, pohon Tarra’ akan dipahat demi mendapatkan lubang dengan ukuran sesuai tubuh bayi. Lubang tersebut menjadi tempat bersemayamnya jasat bayi yang diletakkan tanpa dibungkus satupun pakaian pun kain, kemudian bekas pahatan ditutup kembali menggunakan ijuk dari Pohon Enau.
Prosesi Pemakaman Bayi
Prosesi pemakaman bernama Passiliran ini hanya dilakukan oleh orang Toraja penganut kepercayaan Aluk Todolo, yaitu kepercayaan kuno terhadap para leluhur. Dalam kepercayaan tersebut digariskan bahwa tak semua bayi bisa dikuburkan pada Pohon Tarra’, karena yang dimakamkan di sana hanyalah bayi yang belum memiliki gigi susu saja. Hal itu sesuai kepercayaan mereka bahwa bayi yang belum tumbuh gigi susu adalah bayi yang masih berada dalam keadaan suci.
Tingkat Menunjukkan Strata
Serupa dengan tempat pemakaman lain di Tana Toraja, penempatan kuburan bayi di Pohon Tarra’ ini juga disesuaikan dengan strata sosial keluarga. Semakin berposisi atas tempat penguburannya, maka hal itu menunjukkan semakin tinggi pula derajat sosial dari keluarga sang bayi. Selain itu, sisi lubang lubang pemakaman juga disesuaikan dengan arah tempat tinggal keluarga.
Hal yang paling unik namun nyata adalah tiadanya aroma busuk di sekitar pohon ini meskipun ada banyak bayi meninggal di sana. Bahkan sesuai penuturan masyarakat adat setempat, lubang kuburan ini akan menutup dengan sendirinya pasca 20 tahun masa pemakamannya. Oleh karenanya masyarakat tak pernah khawatir kehabisan tempat pemakaman di Pohon Tarra’ ini.
Lokasi Passiliran dan Pohon Tarra’
Passiliran yang memanfaatkan pohon Tarra’ ini lokasi disekitarnya terdapat rerimbunan pohon bambu, sedang tak jauh darinya ada pula keberadaan rumah adat berjuluk Tongkonan. Perpaduan keunikan yang lokasinya tak berjauhan ini tentu memberikan kemudahan bagi para wisatawan untuk menikmati pesinanya. Bagaimana, Anda tertarik mengunjunginya? [uth]
Sumber Rujukan:
[1] Kuburan Bayi (Baby Grave) tourtoraja.com Diakses pada 26 November 2014
[2] Objek Wisata, Pohon Tarra Kuburan Bayi di Tana Toraja jusufthobink07.blogspot.com Diakses pada 26 November 2014
[3] Gambar ilustrasi budaya-indonesia.org Diakses pada 26 November 2014
[…] Meski pekerjaannya selalu bersinggungan dengan dunia pariwisata, namun Graff tetap hendak melakukan perjalanan wisata ke satu tempat yang jauh dari tanah kelahiran. Maka tahun 1990, Pulau Bali adalah salah satu lokasi wisata yang dipilih Graff untuk bertamasya. […]
[…] Anda yang dekat dengan anak kecil tentu sangat akrab dengan penampilan Ipin dan Upin yang sering tayang di layar kaca. Produk yang […]
[…] Passiliran pohon Tarra' di Tana Toraja ini berlokasi dekat rerimbunan pohon bambu, sedang tak jauh darinya ada pula keberadaan rumah adat berjuluk Tongkonan […]
[…] merupakan mawar yang masih kerabat dekat Centifolia. Mawar yang berbungan setahun sekali ini pada batang dan daun-daun kelopak berpenampilan mirip ditumbuhi lumut […]
[…] Passiliran: Pemakaman Bayi Kecil pada Pohon Tarra’ di Tana Toraja […]
[…] dalam bahasa ilmiahnya juga dikenal dengan sebutan ‘L. domesticum var. duku’ biasanya mempunyai pohon besar dan padat, sementara daunnya rimbun dengan warna hijau cerah. Tandan buahnya berukuran relatif […]
[…] Sejatinya kegiatan yang dilakukan para jomblowan pun jomblowati banyak sekali. Namun kali ini ada yang berbeda dari kebanyakan. Yaitu menikah dengan pohon. […]
[…] Ada sebagian orang yang acap menyeka pantatnya dengan menggunakan tisu bayi. Hal ini ternyata merupakan perbuatan tak bagus, karena merupakan tindakan yang justru memberikan efek alergi dan memungkinkan menjadi penyebab sakit kulit lain adalah dari bahan kimia yang ada pada tisu bayi. [Baca juga: Passiliran: Pemakaman Bayi Kecil pada Pohon Tarra’ di Tana Toraja] […]
[…] Kematian mendadak SIDS ini bukan saja terjadi pada bayi yang sedang mengalami gangguan kesehatan, namun bisa juga dialami oleh bayi yang bahkan dalam kondisi sehat sekalipun. […]
[…] hari. Sang induk akan menggali lubang tanah sebagai bakal tempat tinggal sang anak, utamanya ketika tubuh sang bayi mulai ditumbuhi duri. Namun bukan lanats sang ibu menyapih anaknya, karena ia akan ap tetkembali […]
[…] [Baca juga: Passiliran: Pemakaman Bayi Kecil pada Pohon Tarra’ di Tana Toraja] […]