Tes Psikologi: Pengertian, Macam dan Pemanfaatannya

9
118495
Tes psikologi
Tes psikologi

Tes psikologi kerap juga dikenal dengan istilah assesmen psikologi. Kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbedakat dan hampir sama. Tes psikologi menjadi satu kebutuhan penting dalam pelbagai ruang kehidupan manusia. Tidak semata terkait dengan hal-hal yang bersifat klinis, tes psikologi juga digunakan di ruang kerja. Bagian pengembangan sumber daya manusia (human resources development/HRD) menggunakan serangkaian tes pada masa perekrutan pekerja. Tes psikologi berkala juga terkadang dilakukan untuk mengukur kinerja atau efektivitas kerja.

Meski tes psikologi dan asesmen psikologi kerap disamakan, namun masih terdapat perbedaan fundamental dari kedua istilah tersebut.  Asesmen psikologi bersifat lebih komprehensif dengan melibatkan beberapa pendekatan lain di luar tes psikologi secara umum, seperti pengamatan, wawancara dan penggalian informasi dari pihak-pihak yang terkait dengan klien.

Di ruang kebencanaan, tes psikologi klinis banyak digunakan. Momentum traumatis seperti bencana berpotensi mengakibatkan gangguan mental pada korbannya. Kondisi tersebut membutuhkan pendekatan psikologis yang dapat menyasar kondisi mental korban bencana. Pada konteks kebencanaan, tes psikologi dibutuhkan untuk memetakan efek psikologis pada korban dan menentukan pendekatan terbaik dalam penanganan trauma.

[Baca Juga: Mengenal Ragam dan Fungsi tes Psikologi ]

Tes psikologi juga digunakan pada konteks penyelidikan kejahatan. Psikologi forensi digunakan untuk beberapa hal dalam pembuktian kejahatan. Pertama, tes psikologi digunakan untuk memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak sedang berada dalam gangguan mental. Kedua, tes psikologi digunakan untuk membuktikan kecenderungan pelaku kejahatan untuk berpura-pura mengalami gangguan mental.

Pengertian Tes Psikologi 

Tes psikologi dilakukan untuk memhami kondisi mental dan perilaku seseorang berdasarkan kaidah-kaidah psikologi [1]. Secara umum, asesmen psikologi bertujuan untuk memetakan kondisi elemen-elemen utama kondisi psikologi manusia, seperti perilaku, kesehatan mental, kepribadian, IQ, kecakapan, penyelesaian masalah dan kemampuan beradaptasi atas situasi tertentu. Tes dilakukan untuk beragam kebutuhan yang spesifik. Jenis tes yang diterapkan pada klien ditentukan oleh persoalan yang melekat pada klien atau tujuan dari pelaksanaan tes itu sendiri.

[Baca Juga: Mengenal Psikologi Warna]

Secara umum tes psikologi adalah metode dan serangkaian instrumen yang dijalankan untuk mengukur aspek-aspek yang tidak teramati secara langsung pada manusia yang menyangkut aspek psikologi. Tes psikologi menggunakan konstruksi tertentu untuk mengukur kondisi tertentu pada manusia [2]. Sebagai contoh, serangkaian tes dilakukan untuk mengukur IQ pada manusia. IQ merupakan konstruk yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif manusia. Pengukuran dilakukan dengan memberikan serangkaian tugas –meski tidak harus– yang dikerjakan oleh klien. Alat ukur dengan strandar tertentu akan menggambarkan situasi pada aspek psikologis tertentu.

Alat ukur yang digunakan sebagai bagian dari metode tes psikologi haruslah bersifat valid. Makna valid pada konteks ini memiliki turunan yang tidak tungggal. Pertama, alat ukur harus memiliki dasar bukti pendukung untuk dapat menginterpretasikan hasil yang dicapai. Kedua, alat ukur harus menunjukkan konsistensi jika diberlakukan pada dari waktu ke waktu (konsisten). Ketiga,  alat ukur memiliki konsistensi internal yang mencukupi untuk digunakan dalam beragam kondisi [3].

Prinsip Tes Psikologi

Beberapa standar belaku pada tes psikologi. Shultz & Schultz (2010) menekankan adanya prinsip yang berlaku pada alat ukur psikologi untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dalam ilmu psikologi dapat berakibat fatal bagi klien yang ditangani [3]. Beberapa Prinsip atau watak yang digunakan dalam alat ukur tes psikologi antara lain:

1.  Standardisasi alat ukur psikologi

Konsitensi dalam penerapan alat ukur perlu diberlakukan selama proses asesmen dan tes psikologi dijalankan. Konsistensi juga mencakup standadisasi pada pembelakuan prosedur, langkah dan mekanisme pelaksanaan hingga penilaian. Tes psikologi perlu dijalankan pada lingkup yang sama jika dilakukan secara masal (umum) untuk menghasilkan gambaran yang setara.

2.  Objektivitas dalam Penilaian

Objektivitas pada penilaian tes psikologi bermakna menjauhkan tes psikologi dari pemaknaan-pemaknaan yang bersifat personal. Nilai-nilai yang bersifat bias perlu dhilangkan pada fase penilaian (scoring). Dengan prinsip ini, penilaian dilakukan dengan cara sama untuk memperoleh hasil yang  objektif untuk setiap klien.

3. Adanya Norma Pengujian

Hasil umum dari pengujian pada kelompok besar yang juga mencakup hasil pengujian pada individu dapat diperbandingkan dengan hasil pada kelompok lain. Proses pembandingan ini perlu mempertimbangkan kesamaan karakteristik pada masing-masing kelompok yang akan diperbandingkan. Proses ini memerlukan penentuan titik atau konstruksi referensial yang menjadi acuan dalam membedakan hasil tes pada kelompok yang berbeda.

4.  Reliabilitas

Reliabilitas bermakna keajegan. Alat ukur perlu menunjukkan performa yang konsisten setelah dibelakukan atau digunakan pada beberapa tes yang dilakukan menggunakan alat ukur yang sama.

5. Validitas

Validitas bermakna kesesuaian penggunaan alat ukur dengan tujuan pengukuran itu sendiri. Mengingat satu alat ukur memiliki tujuan dan lingkup pengukuran, maka alat ukur harus dapat digunakan pada konteks yang benar.

Macam Tes Psikologi

Tes psikologi memiliki keragaman sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dilakukannya sebuah pengujian. Satu alat ukur, dengan tujuan yang spesifik, hanya berlaku pada konteks tertentu. Fungsi-fungsi alat ukur yang berbeda menempatkan tes psikologi sebagai alat kerja yang harus digunakan secara ketat dan tepat. Tidak sembarang orang bisa melakukan tes psikologi, termasuk menginterpretasikan hasil yang diperoleh melalui tes psikologi.

1. Tes IQ

IQ (intellectual quotient) merupakan sebuah konstruksi yang digunakan untuk menggambarkan fungsi kognitif manusia. Agar kemampuan kognitif satu orang dapat dibedakan dengan kemampuan yang lainnya, disusunlah nilai dan ukuran yang memadai untuk menggambarkan kemampuan IQ tersebut. Tes IQ pada prinsipnya tidak menggambarkan situasi aktual dari kemampuan kognitif atau kecerdasan manusia, tetapi menggambarkan sesuatu yang dinilai berkaitan atau menjadi komponen kecerdasan manusia [4].

Tes IQ yang umum digunakan adalah adalah tes Standford Binet dan Wechsler scales.  Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS-IV) adalah alat ukur yang paling banyak digunakan. Tes WAIS umumnya digunakan untuk orang yang sudah berusia di atas 16 tahun. Secara umum WAIS terbagi menjadi 4 komponen utama. Penggunaan keempat elemen tersebut dinilai mendekati ideal untuk mengukur IQ manusia. Keempat elemen tes WAIS tersebut,  yaitu:

  1. Skala Pemahaman Verbal (Verbal Comprehension Scale). Skala ini bertujuan untuk menguji kemampuan verbal atau berbahasa. Elemen yang diukur menggunakan skala ini, yaitu: (1) kesamaan, (2) kosakata; (3) informasi; (4) sub tes penunjang yang bertujuan untuk menguji pemahaman.
  2. Skala Penalaran Perseptual (Perceptual Reasoning Scale).  Skala ini bertujuan untuk mengukur kemampuan dalam panalaran bidang dan ruang berdasarkan bentuk-bentuk tertentu. Elemen pada skala ini, antara lain: (1) Desain blok; (2) penalaran menggunakan matriks; (3) Puzel visual; (4) tes tambahan, seperti melengkapi gambar.
  3. Skala Kemampuan Ingatan (Working Memory Scale). Skala ini digunakan untuk mengukur kemampuan memori orang untuk mengingat dan menyimpan sesuatu dan memanggilnya kembali. Beberapa elemen yang termasuk dalam rangkaian tes ini, antara lain: (1) mengingat satuan angka; (2) uji aritmetika; (3) ujian tambahan yang bertujuan untuk menguji kemampuan mengurutkan angka dan huruf.
  4. Skala Kecepatan Berpikir atau memproses (Processing Speed Scale). Ujian ini bertujuan untuk mengukur seberapa cepat orang dapat melakukan penyelesaian berdasarkan tugas yang diberikan. Elemen ujian ini, antara lain: (1) pencarian simbol; (2) kodifikasi/pengelompokan (coding).
Tes Kepribadian 

Tes kepribadian pada ruang psikologi bertujuan untuk memperoleh gambaran tantang kepribadian (personality) manusia. Gambaran tersebut dapat digunakan pada pelbagai ruang, seperti klinis, HRD dan sosial. Beberapa tes kepribadian yang umum digunakan.

1. Tes Wartegg

Tes Wartegg dikembangkan oleh Kruegger dan Sander dari Leipzig. Pengembangan selanjutnya dilakukan oleh Ehrig Wartegg dan Marian Kinget. Meski dilahirkan oleh Sander dan Krueger, namun Wartegg melekat pada nama tes ini. Tes warteg betujuan untuk menggambarkan kepribadian manusia dari sudut pandang beberapa aspek, seperti imajinasi, emosi, kontrol, dinamisme dan nilai fungsi pada pemahaman atas realitas. Setiap orang memiliki kemampuan untuk mengerjakannya dengan intensitas dan penekanan yang berbeda. Keragaman tersebut memberikan keragaman dan menegaskan situasi pada satu individu yang mengerjakan.

Tes Warteg
Tes Warteg

Tergolong sebagai salah satu tes grafis pada psikologi, Warteg menyuguhkan kertas kerja yang berupa beberapa stimulan gambar. Klien akan diminta untuk melanjutkan gambar sesuai dengan kecenderungan masing-masing. Penilaian akan dilakukan berdasarka pada hasil gambar tersebut.

2. Tes Menggambar Orang (Draw a Person) / Tes DAP

DAP dikembangkan oleh Florence Goodenough (1926). Dr.Dale B.Harris mengembangkan lebih lanjut dan menyempurnakan tes tersebut pada tahun 1963. Dr Harris menamai tes ini dengan sebutan Goodenough-Harris Drawing Test. Hingga saat ini DAP lebih sering digunakan untuk menyebut nama tes psikologi ini.

Tes DAP akan meminta klien untuk menggambar orang. Sebagai tes berbasis grafis, pengerjaannya tidak akan terkendala dengan kemampuan lainnya, seperti bahasa dan angka. DAP menggambarkan karakteristik diri melalui ketegasan gambar dan bentuk-bentuk yang dimunculkan pada gambar tersebut. DAP banyak digunakan sebaga bagian dari tes seleksi tenaga kerja.

3. Tes Pauli 

Tes Pauli dan Kreplin digunakan untuk mengukur daya tahan seseorang. Selai itu, tes ini juga menggambarkan beberapa aspek, seperti kemauan, emosi, penyesuaian diri dan stabilitas individu. Biasanya, tes ini dilakukan di sesi akhir dari serangkaian tes psikologi yang dilakukan. Tes pauli banyak digunakan dalam seleksi atau perekrutan tenaga kerja.

Tes ini dikembangkan oleh Emil Kraplin. Kraplin mulanya mengembangkan alat untuk mendiagnosa gangguan otak, seperti alzheimer dan dimensia. Bersama dengan Richard Pauli, Kraplin mengembangkan alat ukur tersebut sehingga bisa digunakan untuk mengenali kepribadian orang secara umum.

test pauli kraepelin
tes pauli kraepelin

Secara perasional tes ini hanya berisi pengerjaan deret angka. Klien atau orang yang diuji akan diminta untuk melakukan penjumlahan angka. Dengan durasi tertentu, klien akan diminta untuk melakukan penjumlahan secara berturut. Salah satu hambatan terbesar pada tes ini adalah jumlah angka yang harus dijumlahkan. Hal inilah yang menyebabkan tes ini kerap disebut sebagai tes koran. Tes ini mencoba mencari gambaran kepribadian melalui coretan dan perhitungan yang dilakukan. Konsentrasi, stabilitas, emosi dan daya tahan dituntut pada pengerjaan tes ini.

—————-

Sumber Rujukan

[1] Types of Psychological Testing, psychcentral, diakses pada 8 Februari 2015

[2] Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological testing (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

[3] Shultz & Schultz, Duane (2010). Psychology and work today. New York: Prentice Hall.

[4] Types of Psychological Testing, psychcentral, diakses pada 8 Februari 2015

Berbagi dan Diskusi

9 COMMENTS

  1. […] Tes psikologi kerap juga dikenal dengan istilah assesmen psikologi. Kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbedakat dan hampir sama. Tes psikologi menjadi satu kebutuhan penting dalam pelbagai ruang kehidupan manusia. Tidak semata terkait dengan hal-hal yang bersifat klinis, tes psikologi juga digunakan di ruang kerja. Bagian pengembangan sumber daya manusia (human resources development/HRD) menggunakan serangkaian tes pada masa perekrutan pekerja. Tes psikologi berkala juga terkadang dilakukan untuk mengukur kinerja atau efektivitas kerja.  […]

  2. […] Tes psikologi kerap juga dikenal dengan istilah assesmen psikologi. Kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbedakat dan hampir sama. Tes psikologi menjadi satu kebutuhan penting dalam pelbagai ruang kehidupan manusia. Tidak semata terkait dengan hal-hal yang bersifat klinis, tes psikologi juga digunakan di ruang kerja. Bagian pengembangan sumber daya manusia (human resources development/HRD) menggunakan serangkaian tes pada masa perekrutan pekerja. Tes psikologi berkala juga terkadang dilakukan untuk mengukur kinerja atau efektivitas kerja.  […]

  3. Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Psikologi. Perkembangan psikologi manusia sekarang ini harus sangat diperhatikan agar mereka tidak berkembang dengan mental yang salah. Saya memiliki beberapa tulisan sejenis mengenai psikologi yang dapat dilihat di Disini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here