Hendra Wijaya: “Pelari Lintas Alam Ekstrim” Indonesia Pertama Yang Mencapai Kutub Utara

3
7024
Hendra Wijaya: Pelari Lintas Alam Ekstrim Indonesia Pertama Yang Mencapai Kutub Utara

Joging, lari, dan jalan cepat adalah olahraga yang digemari banyak orang. Selain murah, alasan lainnya adalah karena bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan tentu saja juga karena tak butuh mengeluarkan banyak perlengkapan untuk menjalaninya.     Karena itu pulalah olahraga jenis lari, jogging, dan jalan cepat ini juga sangat terbuka bagi semua golongan, baik yang miskin ataupun kaya, yang tinggal di perkotaan pun yang hidup di pedesaan. Alat yang dibutuhkan dalam menjalani olahraga lari dan sejenisnya ini tak lain adalah alas kaki. Tentang lain-lain, misalnya deker, dan pakaian tentu bergantung kemampuan membeli pun selera mengenakannya.

Meskipun terbilang olahraga murah dan milik segala kalangan, namun lari bisa dijadikan sebagai olahraga profesional bagi mereka yang ada keinginan menjalaninya.     Hal itu sebagaimana yang ditempuh oleh Hendra Wijaya yang bisa dibilang sebagai lelaki perkasa karena ia mampu menakhlukkan dataran bersalju kutub utara bumi.

Hendra Wijaya adalah Orang Indonesia Pertama

Bertempat-tinggal di Bogor yang tak jauh dari ibukota negara, pria ini tetap rajin berolahraga lari jenis ultra-trail.    Ultra-Trail Running adalah cabang olahraga lintas alam dalam kondisi ekstrem yang meliputi lari dan jalan kaki dengan rute tertentu.

Walaupun merupakan cabang olahraga yang belum berada di bawah Badan Atletik Internasional  (karena hingga kini mereka hanya mengakui cabang lari lintas alam berjarak lebih pendek dan medan lebih mudah dibandingkan dengan trail running), namun bermodalkan semangat gigih dalam menjalani profesinya membuat Hendra mampu menakhlukkan Alaska. Waktu 8 hari ditempuh Hendra pada ajang “Likeys 6633 Ultra 2015” yang mengambil rute mulai dari Eagle Plains, Yukon, kemudian ke ujung Samudra Arktik nonstop di Tuktoyaktuk, Alaska. [1]

Tanggal 20 hingga 28 Maret adalah waktu bersejarah bagi Hendra, karena ia adalah orang Indonesia pertama yang berhasil memahatkan nama di atas salju kutub utara setelah berlari dan berjalan dengan jarak sepanjang 566 kilometer. [2]

Likeys 6633 Ultra

Likeys 6633 Ultra merupakan ajang perlombaan lari lintas alam paling ekstrim karena seluruh peserta wajib memiliki kemampuan untuk bertahan dalam berlari dan berjalan di atas hamparan es Kutub Utara, dengan suhu minus 15 derajat, minus 20 derajat celsius, atau bahkan ada pula yang bisa mencapai suhu minus 32 derajat celsius. [1]

  • Ajang Lomba Gila

Banyak orang menyebutkan bahwa ‘Likeys 6633 Ultra’ merupakan bagian dari ajang lomba gila. Ada banyak alasan untuk menyebut semacam itu, sebagai contoh adalah keadaan udara yang sangat kering, sementara segala hal yang berbentuk uap air bisa langsung membeku di area perlombaan ini. Hal ini sebagaimana gambaran Henda dalam mengenakan kacamata goggle sebagai bagian dari peralatan penting yang tak bisa lepas dari gangguan salju. Ketika diguyur air panas, namun justru air panas dari termos malah semakin menutupi kacamata karena langsung membeku. [2]

  • Tak Sekadar Lari Tapi Bertahan Hidup

Selain gila, olahraga ekstrim yang satu ini juga menjadi tantangan tersendiri, karena kenyataanya ini tak sekadar lari, melainkan adalah juga mempertahankan hidup. Bahwa lari di atas salju Kutub Utara (Alaska) sangat jauh lebih berat dibanding dari lari di gurun pasir.   Hal tersebut sebagaimana yang dipaparkan Hendra Wijaya di dinding Facebook-nya pada tanggal 16 Maret 2015 semasih dalam masa persiapan lomba. [3]

Berikut ini kutipannya;

Hendra Wijaya: Orang Indonesia Pertama Yang Berlari Hingga Mencapai Kutub Utara
Hendra Wijaya in North Pole [5]

6633 Ultra 350 miles (566km) dimulai dari Eagle Plains ke Tuktoyaktuk, single stage dan non stop (non multi day). Jarak antar check point (8 check point) berkisar antara 37km – 113km, di setiap check point memiliki fasilitas terbatas untuk beristirahat dan hanya disediakan air panas untuk minum. Selebihnya 100% self supported, seperti halnya TransOmania di gurun pasir Oman, panitia hanya menyediakan air minum di setiap check point antara 25km-35km.

Lari di Kutub Utara (Alaska) sangat jauh lebih berat dari gurun pasir. Dimana tubuh kita dipaksa menyesuaikan temperatur udara dari antara 24C sd 34C ke -50C sd -30C jadi perubahannya sekitar 64C sd 74C. Sedangkan di Gurun pasir 15C sd 45C, perubahannya sekitar 9C sd 15C saja. Di gurun pasir ada waktu merasakan “adem” di waktu maghrib sampai pagi. Tetapi di Alaska tidak pernah merasakan “hangat” sampai akhir zaman.

6633 Ultra 350 miles “Bukan sekadar lari tapi mempertahankan hidup”. Perlu banyak persiapan, peralatan, perlengkapan, makanan, serta latihan penggunaan perlengkapan untuk menghadapi keadaan normal (-30C sd -50C) maupun dalam keadaan ngantuk. cape, cedera, cuaca yang sangat buruk angin dan badai salju di ruangan terbuka salju antara -30C s/d -50C. Dengan pakaian dan perlengkapan yang sangat sulit untuk melakukan gerakan terutama sarung tangan yang tebal seperti sarung tinju.

Latihan kecepatan dan survival di ruangan terbuka untuk mengurangi resiko kedinginan: Warna merah adalah Bivy dari bahan GoreTex wind proof dan water proof, warna biru adalah sleeping bag tahan sampai -40C dan yang silver yang ditiup adalah Thermarest/matras anti bocor dan anti dingin. Bivy adalah pengganti tenda, jika dibutuhkan, bisa ditambah dengan pelindung tambahan yaitu Survival Shelter. Sebelum masuk bivy, sepatu dibuka dan ditaruh diluar dimasukkan ke dalam dry bag. [3]

Lima Besar

Hendra adalah salah satu pelaku olahraga lintas alam ekstrim Indonesia yang pernah mengikuti sejumlah lomba lari ultra-internasional, termasuk UTMB (Ultra-Trail du Mont Blanc)  di Perancis yang menempuh jarak 168 km,  lari lintas gurun pasir di Trans- Omania 300 km, Hyperman (berenang 10 km, bersepeda 300 km, dan berlari 100 km) di Hongkong, dan ajang Tor Des Geants Endurance Trail Run di Italia sepanjang 332 km. [2]

Dalam ajang “Likeys 6633 Ultra” ini, selain jarak 566 km sebagaimana yang diikuti Hendra, ada pula kategori lain yang dilombakan yaitu sejauh 120 mil (193,12 km).   Sedangkan hasil yang diraih Hendra pada ajang ini ia berhasil menduduki posisi nomor lima dari 19 peserta, yaitu ada di belakang empat pelari lain; Natalie Taylor, Daithi O’Muchu, Jonathan Davies dan Tan Juang.              Hanya delapan peserta yang berhasil mencapai finish, sedangkan sebelas lainnya putus di tengah jalan. [4]

Mandiri Tanpa Dukungan Pemerintah

Total atlet yang mengikuti dua kategori pada ajang ‘Likeys 6633 Ultra’ ini adalah 27 peserta. Dari 12 asal negaranya, mayoritas dari mereka berdatangan dari negeri empat musim, kecuali Hendra dan Than Juang dari Thailand.    Sedangkan mengenai biaya, setiap peserta wajib mengganti formulir pendaftaran kurang-lebih Rp 58 juta.    Karena  merupakan lomba lari mandiri, maka setiap peserta harus menyiapkan bekal sendiri, termasuk dalam hal perlengkapan dan juga logistik. [2]

Berkaitan dengan hal di atas, ada yang patut disayangkan, yaitu tatkala ada anak bangsa yang juga mampu membawa nama harum di belahan dunia luar sana, –terlepas dari telah diakui ataupun belum– namun justru pemerintah masih enggan memberikan perhatian lebih pada cabang olahraga yang satu ini. Ultra-Trail Running. [uth]

Rujukan :

[1] Pelari Indonesia Catat Prestasi di Lari Lintas Alam Ekstrim, cnnindonesia.com Diakses pada 4 April 2015
[2] Orang Indonesia Pertama Berlari di Kutub Utara, kompas.com Diakses pada 4 April 2015
[3] 6633 Ultra 350 miles (566km) dimulai dari Eagle Plains ke Tuktoyaktuk facebook.com Diakses pada 4 April 2015
[4] Likeys 6633 Ultra Results – 2015 6633ultra.com Diakses pada 4 April 2015
[5] Gambar ilustrasi diambil dari laman Facebook Hendra Wijaya. Diakses pada 4 April 2015

Berbagi dan Diskusi

3 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here