Daftar Isi
TANDA hubung ataupun tanda sambung terlihat menjadi hal biasa dalam penulisan, baik berujud dokumentasi, surat-menyurat, serta sebuah artikel yang acap kita baca. Namun kenyataannya masih banyak orang yang mngalami kesusahan dalam menerapkan tanda hubung tersebut.
Di bawah ini adalah beberapa ketentuan yang bisa dijadikan patokan dalam pengggunaan tanda sambung. [Baca juga: Inilah Ketentuan Penggunaan Tanda Koma Pada Sebuah Kalimat]
Menyambung Kata Ulang
Tanda hubung yang paling mudah dipahami adalah diterapkan pada saat menemukan unsur kata ulang. Ada banyak contoh bisa kita jumpai, di antaranya yaitu; rumah-rumah, tergopoh-gopoh, kebiru-biruan. Kata-kata dengan unsur sama itu adakalanya ditulis dengan menggantinya menggunakan pangkat 2 –demi menyingkatnya. Dalam penulisan resmi ini tidak dibenarkan karena ini hanya berfungsi guna mempercepat penulisan, misalnya pada saat menjadi notulensi atau ketika seorang jurnalis harus mengikuti pembicaraan dari nara-sumber.
Tanda Sambung Ganti Baris
Tanda sambung dituliskan guna menyambung suku-suku kata dasar yang harus dipisah akibat baris awal tidak muat dan harus berganti ke baris berikutnya.
Contoh penggunaan tanda hubung ganti garis adalah sebagaimana kata “saat” pada kalimat di bawah ini:
Ibu menanak nasi pada sa-
at adik sedang digendong ayah.
Memperjelas Hubungan Kata
Ada banyak kata yang memiliki kemiripan, dan apabila diberikan imbuhan –utamanya awalan, maka akan memiliki arti yang tak jauh berbeda. Oleh karenanya dibutuhkan tanda hubung yang memiliki fungsi guna memperjelas arti dari bagian kata pun ungkapan tersebut. Be-rekor tentu tak sama dengan ber-ekor, ber-evolusi tentu juga beda dengan be-revolusi, dan lain sebagainya. [Baca juga: Inilah Burung-Burung Manyar Sebagai Refleksi Kisah Cinta Pada Masa Revolusi Indonesia]
Contoh lain yang juga musti butuh usaha keras dalam memahaminya adalah pada pembeda angka, seratus sepuluh-ribuan tak akan sama dengan seratus-sepuluh-ribuan. Karena yang awal itu memiliki padanan 100 x 10.000, sedangkan yang seratus-sepuluh-ribuan berdefinisi 1×110.000. Kalimat penerapannya misalnya; Sebanyak seratus sepuluh-ribuan manusia memadati bazar yang rata-rata menjual barang dagangannya seharga seratus-sepuluh-ribuan.
Merangkai Kata Berbahasa Asing
Tanda sambung diterapkan demi merangkai satu unsur bahasa Indonesia yang terhubung dengan unsur bahasa asing –dan kata berbahasa asing itu biasanya juga harus ditulis dengan bentuk miring. Sebagai contoh adalah ter-capture, di-tackle.
Tanda Mengeja
Tanda sambung diterapkan pada tiap huruf dari sebuah kata yang dieja satu persatu, dan juga diterapkan dalam penulisan tanggal bulan tahun. Sebagai contoh; kata “reservasi” menjadi r-e-s-e-r-v-a-s-i. Tanggal 17 bulan Agustus tahun 1945 menjadi 17-08-1945.
Lain-Lain
Ada beberapa ketentuan lain pula dalam penerapan tanda hubung, berikut adalah di antaranya;
- Sebagai penghubung imbuhan-awalan “se” dengan kata yang berawalan huruf kapitas. Contohnya: se-Amerika, se-Yogyakarta
- Sebagai penghubung imbuhan-awalan “ke” dengan angka. Misalnya: ke-20, ke-8.
- Sebagai penghubung angka dengan akhiran “an”, contohnya adalah: era 80an, harga 100-an.
- Sebagai penghubung singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata. Contohnya adalah: SMP-ku, ber-SIM
- Sebagai penghubung nama jabatan rangkap. Menteri-Koordinator Keamanan
Demikian beberapa ketentuan dalam penerapan tanda hubung, semoga bermanfaat. [uth]
Sumber Rujukan:
[1] Pedoman penulisan tanda baca –tanda hubung, wikipedia.org, Diakses ada 12 Juli 2015
[2] Gambar ilustrasi, pixabay.com, Diakses ada 12 Juli 2015
[…] Tanda hubung dituliskan guna menyambung suku-suku kata dasar yang harus dipisah akibat baris awal tidak muat dan harus berganti ke baris berikutnya351 […]
[…] Apa Saja Ketentuan dalam Penulisan Tanda Hubung itu? […]