Daftar Isi
- 1 Urip Iku Urup
- 2 Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
- 3 Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
- 4 Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
- 5 Aja Adigang, Adigung, lan Adiguna
- 6 Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
- 7 Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
- 8 Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
- 9 Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundhak Kendho
- 10 Aja Keminter Mundhak Keblinger, Aja Cidra Mundhak Cilaka
FILOSOFI menjadi hal yang tak bisa dipisahkan dari sosial dan budaya, karena dalam kehidupan sosial di mana pun akan selalu ada budaya yang tak bisa lepas dari berbagai filosofinya. Yang selanjutnya bagian-bagian dari filosofi itu juga diyakini sebagai satu patokan kebajikan dalam hidup ini.
Filosofi juga menjadi bahan ajar yang telah dilakukan sejak lama. Sebagai contoh pada masyarakat Jawa. Tak terhitung jumlah ajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai filosofi itu. Di antara contoh tersebut adalah beberapa filosofi Jawa di bawah ini; [Baca juga: Diponegoro, Gelar Putra Raja Yang Sirna Pasca Perang Jawa]
-
Urip Iku Urup
Urip Iku Urup jika dialihbahasakan adalah ‘Hidup itu Menyala.’ Artinya, bahwa manusia dalam menjalani laku hidup ini seyogyanya bisa memberikan manfaat bagi orang lain disekitar.
-
Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
Ketahuilah bahwa sesombong apapun, sekeras apapun hati manusia, sepicik apapun laku hidpunya, dan segala angkara murka yang menyertai kehidupan ini. Segalanya akan bisa ditakhlukkan dengan satu sikap bijak, sabar, serta sikap lembut hati.
-
Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
Kalimat di atas mengandung pesan bahwa kita sebagai manusia ini, hendaknya dalam hidup juga harus mengupayakan keselamatan, kebahagiaan, dan juga kesejahteraan.. Di samping itu, ada sifat angkara-murka, serakah, congkak, tamak, dan sombong yang selayaknya dihilangkan.
-
Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
Jauhi diri ini dari sifat terlena pada obsesi dan keterkungkungan terhadap keinginan akan kedudukan, keinginan berujud kebendaan, dan juga kepuasan yang sebatas bersifat duniawi. Karena itu semua tak akan kekal.
-
Aja Adigang, Adigung, lan Adiguna
Hidup ini tak lama, maka disarankan untuk jJangan sok berkuasa, sok merasa besar, ataupun sok memiliki kesaktian berlebih.
-
Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
Hidup adalah perjuangan, maka alangkah baiknya ketika melakukan perjuangan ini juga secara ksatria, tanpa harus membawa massa, sehingga ketika menang pun tiada yang harus direndahkan ataupun dipermalukan. Dan wibawa akan tumbuh tanpa harus mempertontonkan kekuatan/kekuasaan. Hidup kaya pun tak harus didasari satu kebendaan.
-
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
Kata “tabah” dalam hidup tercermin dari kalimat ini. Karena dalam hidup kita dilarang mudah sakit hati tatkala ada musibah yang menimpa. Dan juga minimalisir rasa sedih ketika kita kehilangan sesuatu.
-
Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
Tak usah gampang terheran-heran, Jangan pula gampang menyesal. Hindari rasa keterkejutan, serta jangan gampang menjadi manusia manja pun kolokan.
-
Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundhak Kendho
Tak usah gampang tergiur pada hal-hal yangtelihat mewah, cantik rupawan, dan indah. tak usah pula berfikir mendua supaya niat dan semangatnya tidak mudah kendor.
-
Aja Keminter Mundhak Keblinger, Aja Cidra Mundhak Cilaka
Hidup ini ada yang harus dilihat, bahw adi atas langit masih ada langit, artinya, bahwa di atas ketinggian kenyataannya masih ada yang lebih tinggi. Oleh karenanya tak usahlah merasa paling pandai demi mendapatkan jalan yang tak salah arah. Juga jangan gemar dengan tindak curang agar tak memperoleh hidup yang celaka. [uth]
Gambar ilustrasi; pixabay.com Diakses pada 7 Agustus 2015