Fungsi Kokok Ayam Sebagai Penanda Waktu dan Bahasa Komunikasi

0
4168
Fungsi Kokok Ayam Sebagai Penanda Waktu dan Sebagai Bahasa Komunikasi
Fungsi Kokok Ayam Sebagai Penanda Waktu dan Sebagai Bahasa Komunikasi

AYAM berkokok bagi sebagian orang menjadi penanda waktu, utamanya jika berkokok pada malam dini hingga pagi hari. Menilik hal itu, maka tak heran sekiranya ada cerita mengenai Bandung Bandawasa yang gagal membangun seribu candi dalam waktu satu malam sebagaimana yang diminta rara Jonggrang. Kegagalan Bandung Bandawasa itu tak lain ditandai dengan kokok ayam yang telah terdengar.

Tentang fenomena kokok ayam ini, hal yang acap terjadi, sekiranya telah ada satu ayam yang mulai berkokok, maka tak lama kemudian ayam lain juga turut menyusul dan bahkan bersahutan.

[Baca juga: Kandungan Gizi dalam Ceker Ayam]

Apa Sebab Ayam Berkokok?

Imitasi vokal dari suara yang dikeluarkan oleh ayam saat berkokok dinamakan pula onomatopuitik, dimana kalau kita acap menyebutnya dengan kata ‘kukuruyuk,’ maka orang-orang Inggris mengenalnya dengan istilah cock-a-doodle-doo, warga Jerman menamainya “ki-ke-ri-ki,” sedangkan di Jepang acap dikatakan sebagai “ko-ke-kok-koh.”

  • Berkokok Setiap Saat

Jika kita amati, sejatinya kokok ayam jantan ini bisa kita dengan dan saksikan sepanjang waktu tak peduli siang ataupun malam, terang ataupun gelap, dan ramai ataupun sepi. Baik pada waktu terdengar bisik oleh suara mobil, ataupun ketika ada seseorang masuk ke dalam wilayahnya.      Suara kokok ayam jantan yang terdengar ini memiliki fungsi sebagai tanda komunikasi antarmereka dan juga guna menginformasikan sesama ayam jantan mengenai batas wilayah.

  • Merespon Cahaya

Meskipun seolah tiada alasan terjadinya kokok ayam jantang, karena kebanyakan dilakukan saat matahari terbit, namun ternyata beberapa peneliti memiliki pendapat bahwa ada yang memengaruhinya, yaitu karena mereka hendak merespon perubahan cahaya di sekitar. Oleh karenanya, selain pagi hari terdapat pengaruh cahaya matahari, ada pula kokok ayam yang terdengar pada saat mereka harus menghadapi lampu mobil ataupun sumber cahaya buatan yang sejenis dengannya.

Hal itu sebagaimana yang ditemukan oleh Takashi Yoshimura dalam beberapa percobaannya dalam mempelajari perilaku ayam jantan, yang kemudian hasilnya ia paparkan ke dalam tulisan ilmiah dengan tajuk; “Circadian Clock Determines the Timing of Rooster Crowing dalam Current Biology pada Maret 2013.”      Selain berkaitan dengan wilayah kekuasaan, ayam jantan juga mempunyai jam ataupun ‘semacam penanda waktu’ di dalam tubuhnya yang memiliki kemampuan mengatur waktu berkokok. Bahkan penanda waktu ini sama sekali tak berhubungan dengan pengaruh cahaya. Karena meski dalamkeadaan cahaya gelap, namun ketika “penanda waktu” telah tiba, ia akan tetap berkokok.

Penanda Wilayah Kekuasaan

Ketika penelitian mengenai kokok ayam jantan ini dikembangkan, maka bukan saja terbatas pada satu wilayah. Melainkan dilakukan pula di wilayah lain. Maka, diperoleh hasil bahwa ketika ayam jantan dari suatu kawanan berkokok, maka ayam jantan dari kawanan ataupun kelompok lainnya juga bakal balik menyahut dengan kokoknya. Hal ini ternyata menjadi penanda mengenai wilayah yang sedang dan sudah ditempati/kuasai.

Urut Sesuai Posisi & Kondisi

Meskipun kokok ayam jantan tak selalu waktunya sama, namun yang kadang kita dengar mereka tetap saling bersahutan.   Para peneliti menjumpai bahwa ayam jantan yang berkokok ini kenyataannya selalu tertib sesuai urutan posisinya.   Bahkan mereka sangat patuh karena sangat menjaga sistem hierarki. Baik itu mengenai urutan tingkat sosial, ataupun urutan posisi, dan seterusnya. Semua seolah telah disepakati. [uth]

Sumber Rujukan:
[1] Di Balik Kokok Ayam Jantan Tiap Pagi; nationalgeographic.co.id, Diakses pada 10 September 2015
[2] The highest-ranking rooster has priority to announce the break of dawn; nature.com, Diakses pada 10 September 2015
[3] Gambar ilustrasi; pixabay.com, Diakses pada 10 September 2015

Berbagi dan Diskusi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here