Daftar Isi
Carl Alfred Bock adalah satu nama yang mungkin tak asing lagi bagi sebagian orang Indonesia, khususnya mereka yang concern dengan sejarah nusantara, termasuk sejarah Borneo (pulau Kalimantan). Ialah orang Eropa yang pernah menjelajahi pulau Borneo pada amsa kolonialisme Hindia Belanda.
Lalu siapa Carl Alfred Bock itu, dan membawa misi apa ia ke pedalaman Kalimantan sana?
Carl Alfred Bock
Beberapa orang mengatakan dan menjuluki Carl Alfred Bock sebagai seorang naturalis dan juga seorang pelancong. Bukan tanpa alasan julukan itu tersemat padanya, karena sebagai pria kelahiran Kopenhagen – Denmark yang berkewarganegaraan Norwegia karena memag mengikuti orangtuanya ini, adalah pria yang pernah melakukan ekspedisi ke pedalaman Kalimantan Timur dan juga ke pedalaman Kalimantan Selatan dengan durasi waktu selama enam bulan.
[Baca juga: Lapis Banua: Batu Khas Borneo yang Digali Khusus oleh Masyarakat Suku Berau]
Misi Perjalanan
Carl Alfred Bock pada usia 30 tahun mengadakan perjalanan ke pedalaman pulau Kalimantan itu dengan misi mengemban titah dari Gubernur Jenderal Johan van Lansberge guna mendata dan kemudian melaporkan keberadaan suku-suku Dayak. Selain itu ia juga memiliki tugas menghimpun spesimen sejarah alam guna melengkapi khasanah beberapa museum di Belanda.
[Baca juga: Fafoeng Clichefabriek: Pabrik di Bandung Yang Memiliki Iklan Melegenda Pada Zaman Penjajahan Belanda]
The Head Hunters of Borneo
Di sebuah buku catatannya ditemukan tulisan yang mengisahkan bahwa perjalanan itu dimulai pada hari Minggu, tanggal 20 Juli tahun 1879 dengan menempuh jarak sepanjang kurang-lebih 30 mil melalui seungai, yaitu diawali dari Samarinda menggunakan dua perahu menuju ke Tangaroeng (Tenggarong).
-
Peradaban Dayak & Kanibalisme Antarsuku
Pada akhirnya perjalanan Carl Alfred Bock yang menjelajah dari Samarinda menuju Tenggarong dan kemudian ke Banjarmasin serta berbagai pedalamannya, ia tulis ke dalam sebuah buku dengan judul The Head Hunters of Borneo dan diterbitkan pada tahun 1881. Buku sensasional berisi ekspedisi Kalimantan yang berkisah tentang peradaban Dayak dan “kanibalisme antarsuku” tersebut dilengkapi pula dengan 37 litografi dan juga ilustrasi.
-
Komentar Alfred Russel Wallace
Dari pemaparan Bock sebagai buah perjalanannya ini maka beberapa waktu pasca buku itu diterbitkan ada beberaoa komentar yang muncul, di antaranya yaitu dari Alfred Russel Wallace –seorang naturalis dan penjelajah yang berasal dari Inggris. Beliau menuturkan mengenai informasi penting dan menarik yang telah diberikan oleh Bock, yaitu mengenai padatnya informasi suku Dayak di Kalimantan Selatan.
Bukan itu saja, Wallace juga menyatakan bahwa deskripsi Bock di bukunya yang didukung oleh potret kehidupan menunjukkan adanya kesamaan nan indah pada semua suku di pulau besar ini, baik dalam karakteristik fisik ataupun dalam segi mental. Bahkan masih banyak pula spesialisasi dalam kebiasaannya.
-
Jarak 700 Mil
Masih mengacu pada buku catatannya itu, Bock menyatakan keberhasilannya dalam menyelesaikan perjalanan dengan menjelajahi rute dari Tangaroeng ke Bandjermasin, sejauh 700 mil, yaitu melalui serangkaian bahaya dan banyak tintanga di suku Dayak.
Penjelajahan Bock menunjukkan hasil pertemuannya juga dengan banyak suku di daerah tersebut. Di antaranya adalah “Orang Bukkit” dari Amontai, suku Dayak Long Wai, Dayak Punan, Dayak Long Wahou, Dayak Modang, dan Dayak Tring. Pemaparan itu juga meliputi usahanya dalam menggali cerita lama dari warga setempat, yaitu mengenai kisah manusia berekor. Di mana salah seorang abdi kepercayaan dari Sultan Kutai; A.M. Sulaiman pernah bersaksi berjumpa dengan sosok manusia berekor dan menjulukinya sebagai “Orang boentoet”. [uth]
Sumber Rujukan:
[1] Lelaki Norwegia Penjelajah Kalimantan 1879; nationalgeographic.co.id, diakses pada 1 November 2015
[2] Gambar ilustrasi; wikimedia.org, diakses pada 1 November 2015