Daftar Isi
MARINIR adalah satu pasukan yang banyak dielu-elukan di beberapa negara karena memiliki kharisma dan kemampuan yang lebih dan di atas rata-rata. Menjadi dielu-elukan dan diidam-idamkan banyak orang, karena sebagai kesatuan dalam tubuh tentara, marinir merupakan pasukan yang biasanya bisa ramah dan membaur dekat dengan sipil yang ada di sekitarnya, namun bukan berarti kehilangan wibawa dan kegarangannya.
Marinir yang dielu-elukan itu bukan saja di Indonesia, namun berlaku pula di negeri-negeri barat yang notabene sudah maju peralatan tempurnya. Sebagai contoh adalah Marinir di Amerika dan juga di negara Inggris.
Cikal Bakal Marinir
Secara umum, Korps Marinir yang diadopsi berbagai angkatan bersenjata memiliki sejarah yang sangat panjang di dunia. Namun pada era modern ini, ada dua negara yang memulai membuat korps pasukan elit Marinir ini, yaitu Inggris dan juga Amerika.
-
Yunani dan Romawi
Mengacu pada buku History of The US Marines yang ditulis oleh Jack Murphy, tercatat bahwa tatkala era Yunani kuno, Themistocles sebagai pimpinan Athena,memerintahkan agar sebanyak 20 serdadu pendarat ditempatkan pada setiap kapal perang miliknya. Mereka ini awalnya dijuluki Epibata, yaitu pasukan yang berhasil memukul mundur serangan dari Persia. Sama halnya dengan Kerajaan Romawi yang pada saat itu juga memiliki pasukan khusus “Milites Classiarii” atau Serdadu Armada.
-
Corps Marinier
Dan untuk Indonesia, sesuai dengan penjelasan Mayor Jenderal Mar (Purn) Djoko Pramono dalam buku Korps Marinir TNI-AL (1996), tercatat bahwa pada masa Perang Kemerdekaan 1945-1949, pejuang-pejuang kemerdekaan itu memilih nama Corps Marinier sebagai satu korps dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Laut sebagai lanjutan dari BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut.
Lalu bagaimana sejarah lengkap berdirinya Korps Marinir di Indonesia ini?
[Baca juga: Inilah Dislambair, Penyelam Tempur TNI AL Yang Tetap Handal Dalam Misi Kemanusiaan]
Sejarah Korps Marinir TNI AL
Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan proklamasi oleh Bung Karno dan Bung Hatta membangkitkan tekad para pelaut dan bahariawan nusantara untuk membentuk satu kesatuan yang berkembang menjadi BKR Laut, TKR Laut, TRI Laut, ALRI, yang kemudian menjadi TNI AL. Kesatuan itu pun memiliki banyak pangkalan di wilayah Nusantara ini.
-
Unsur-unsur Korps
Pada perkembangan pasca kemerdekaan itu, pada tiap pangkalan muncul unsur-unsur yang menjadi asal-muasal terbentuknya Korps Marinir. Unsur-unsur itu di antaranya adalah: Marine Keamanan Rakyat, Tentara Keamanan Rakyat.
Selain itu, jika di Jawa Timur dan Jawa Barat terdapat Tentara Laut Republik Indonesia, maka di Jawa Tengah muncul pula Corps Marinier. Sedangkan di sejumlah daerah wilayah Sumatera terbit nama Pasukan Laut dan Korps Keamanan Pantai.
-
Tegal Kota Lahir Marinir
Dengan demikian bisa diketahui bahwa Jawa Tengah merupakan wilayah yang memiliki Corps Marinier, yaitu yang terlahir pada 15 November 1945, dan saat itu masih menjadi bagian dari Pangkalan IV ALRI Tegal.
Namun seiring perkembangan zaman, semua unsur kemananan dan pertahanan laut serta pantai di wilayah Indonesia seperti yang tersebut di atas dileburkan menjadi satu. Kemudian memunculkan nama baru, yaitu Korps Komando (KKO) Angkatan Laut. Nama KKO alias Korps Komando Angkatan laut muncul berdasarkan SK Menteri Pertahana Nomor A/565/1948 tertanggal 9 Oktober 1948.
Selanjutnya pada tahun 1975, KKO berganti nama kembali menjadi Korps Marinir yang didasarkan pada Surat Menhankam/Pangab No B-3118/01/4/75/set tanggal 13 November 1975 serta Surat Keputusan KASAL No Skep/1831/XI/1975 tertanggal 14 November 1975.
Sejarah Perang
-
KKO AL
Jika mengingat Yos Sudarso, maka kita pasti akan teringat masa perjuangan pembebasan Irian Barat. Maka pada waktu itu, KKO AL membentuk Pasukan Pendarat 45 (Pasrat-45) yang beranggotakan sebanyak 8.100 prajurit. Begitu pun ketika terjadi konfrontasi “Ganyang Malaysia” dengan Dwi Komando Rakyat (Dwikora), Marinir turut dikerahkan untuk menentang pembentukan Malaysia yang menurut Presiden Soekarno merupakan negara boneka imperialisme Inggris. KKO AL waktu itu berkali-kali telah berhasil menyusup dan menyerang pedalaman Kalimantan Utara hingga Semenanjung Malaysia.
Bahkan Usman dan Harun yang merupakan dua prajurit KKO terpilih, pada tahun 1965 juga berhasil melancarkan serangan komando dan meledakkan Gedung Bank MacDonald House di Orchard Road, Singapura. Dan walaupun mereka berdua berakhir dengan tragis, namun Usman dan Harun diabadikan menjadi sebuah nama kapal perang TNI Angkatan Laut (AL) kelas fregat ringan jenis Nakhoda Ragam buatan tahun 2014.
-
Probolinggo dan Situbondo
Jejak-jejak operasi pendaratan Marinir era kolonial dan perang kemerdekaan Republik Indonesia ini masih ada, di antaranya adalah di pantai di Probolinggo dan Situbondo yang direkam oleh Hugo Wilmar, yaitu seorang fotografer perang yang karyanya kemudian juga dibukukan ke dalam buku Front Indie.
Dan hingga saat ini, pantai di Probolinggo dan Situbondo itu pun masih menjadi lokasi strategis sebagai tempat latihan pendaratan Korps Marinir TNI AL. Bukan itu saja, bahkan Marinir AS juga pernah beberapa kali ikut berlatih bersama Marinir AL di sana.
[Baca juga: Pengibaran Bendera Raksasa yang Muncul dari Dalam Laut lalu Membumbung di Udara]
-
Pengabdian

Dengan semboyan Jalesu Bhumyamca Jayamehe yang artinya di laut dan darat kita jaya, pasukan marinir Angkatan Laut ini memiliki keistimewaan berupa kepemilikan panji kebesaran yang diserahkan langsung oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959, yaitu atas kesetiaan dan pengabdian KKO AL kepada negara. Menjadi istimewa karena selain Korps Marinir, panji kebesaran ini hanya dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, TNI AL, dan TNI Angkatan Udara, yang ketiganya notabene bukan Korps.
Hasil penggemblengan di Jawa Timur membuat para prajurit marinir memiliki loyalitas tinggi dan sekaligus bisa membangun solidaritas dan soliditas sebagai tradisi yang telah ada sejak “lahir” sebagai Marinir demi loyalitas pada NKRI. Oleh karenanya, para anggota Marinir saat ini juga telah tahan uji dalam menyebar dan mengamankan serta mempertahankan pulau-pulau terdepan Indonesia. Atinya, meski harus hidup dalam keterbatasan, para anggota tetap teguh menjaga kawasan perbatasan NKRI tersebut.
Dan meski kini sudah tak sedang berperang, bukan berarti mereka hanya berleha-leha saja. Melainkan tetap berkegiatan positif dalam rangka kesolidan NKRI. Yaitu dengan tetap menjaga ikatannya di dunia maritim berserta lingkungannya. Salah satu contohnya prajurit Marinir dan masyarakat bersama-sama saling bekerjasama dan berpadu, menyelam di 235 titik perairan di 51 pantai dari Sabang, Aceh, sampai Merauke, Papua, guna merehabilitasi terumbu karang. Pasukan Marinir bersama rakyat giat merawat laut dan samudera nusantara, merehabilitasi terumbu karang, sekaligus menjaga kedaulatan maritim di wilayah Republik Indonesia. [uth]
Sumber Rujukan:
[1] KORPS MARINIR, Kisah Pasukan Pendarat; Koran Cetak Kompas Hal. 2, Minggu 15 November 2015
[2] Gambar ilustrasi pixabay.com & screen shoot koran cetak Kompas, diakses pada 15 November 2015