Depresi menjadi salah satu persoalan yang mengemuka dalam sejarah perkembangan ilmu psikologi. Istilah ini merujuk pada gangguan mental umum yang ditandai dengan kemunculan rasa kesedihan, kehilangan kesenangan dan minat. Depresi juga ditandai dengan beberapa gejala lain, seperti munculnya perasaan bersalah, kesulitan untuk tidur dan berkonsentrasi, menurunnya nafsu makan. Depresi ringan menunjukkan situasi yang sebentar, tidak berulang dan tidak memengaruhi sebagian atau keseluruhan hidup seseorang. Sementara, depresi berat bersifat berulang, berjangka panjang dan memengaruhi situasi sosial, seperti gangguan kemampuan bersosialisasi, kekacauan pekerjaan akibat kegagalan berkonsentrasi. Bunuh diri adalah salah satu bentuk akibat depresi akut atau parah yang terjadi pada manusia.
Depresi dapat muncuk akibat beberapa penyebab yang terjadi secara terpisah, maupun bersamaan. Secara umum depresi dapat disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu:
- Faktor fisiologis atau disebabkan oleh persoalan faali. Penyebab ini dapat berupa ketidakseimbangan kinerja otak terutama dalam komposisi neurotransmitter. Serotonin adalah neurotransmitter utama yang berkaitan dengan gejala gangguan psikologis ini.
- Faktor psikologis berupa dampak dari “proses belajar” atau pembiasaan yang berlangsung lama dalam situasi sosial tertentu; tingginya tekanan psikologis.
- Faktor sosial, seperti kehilangan pasangan atau pekerjaan, kejadian bencana, atau dampak dari situasi lain dalam kehidupan sehari-hari.
Perempuan memiliki resiko depresi yang lebih tinggi dari pria. Hal ini disebabkan oleh cepatnya perubahan hormonal yang terjadi pada perempuan sehari-hari. Perubahan tersebut turut memengaruhi kemungkinan terjadinya depresi. Siklus-siklus menstruasi, melahirkan, pra-menopause yang turut memengaruhi situasi hormonal perempuan dapat berimbas terhadap situasi psikis perempuan.
Mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, gejala depresi ditandai oleh beberapa simptom atau gejala yang beragam. Seseorang dikatakan mengidap depresi apabila memiliki lima gejala dan terjadi pada periode atau durasi minimal selama dua minggu. Gejala depresi juga harus diikuti dengan perubahan dari kebiasaan yang umum dilakukan oleh pengidap, seperti menyendiri dan kehilangan kemampuan bersosialisasi.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang berkemungkinan terjadi pada pengidap, antara lain:
- Kehilangan minat atau rasa ingin dan suka terhadap sesuatu atau semua hal yang biasa dilakukan dan ditemui. Hal ini terjadi pada sebagian atau keseluruhan waktu.
- Keadaan emosi yang tertekan dalam durasi satu hari atau rentetan beberapa hari.
- Insomnia dan hipersomnia yang terjadi berulang-ulang atau setiap hari.
- Kehilangan berat atau bobot badan secara signifikan. Hal ini terjadi bukan akibat diet yang dilakukan secara sistematis dan sadar ditujukan untuk mengurangi berat badan. Di lain sisi, bertambahnya berat badan dapat pula menjadi salah satu gejala apabila tidak berhubungan dengan penambahan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
- Gangguan psikomotorik dan kegelisahan yang berulang-ulang.
- Perasaan lelah yang sering terjadi dan sebagiannya muncul tanpa diketahui penyebabnya.
- Munculnya perasaan tidak berharga dan perasaan bersalah yang menghantui atau terjadi secara tidak wajar.
- Hilangnya kemampuan untuk berpikir rasional dan berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan;
- Munculnya dorongan atau pikiran untuk mati, bunuh diri, ketakutan akan hidup atau kematian itu sendiri.
Gejala depresi berat harus juga terhubung dengan perubahan pola hidup pada pengidapnya dalam kurun waktu tertentu. Gangguan tersebut nyata dan berwujud dalam kehidupan sehari-hari, seperti ruang sosial, pekerjaan dan relasi antar pasangan.
Jika anda mengalami hal tersebut, ada baiknya anda berkonsultasi dengan psikolog untuk mencari keterangan rinci tentang gejala yang sedang anda hadapi. Konsultasi ini berguna untuk mencegah efek atau perkembangan depresi. Hal-hal kecil idealnya dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan gejala gangguan psikologis ini, seperti olahraga dan membangun relasi dengan orang yang dicintai. Pelbagai pendekatan psikolterapi mungkin cocok dengan anda untuk mengatasi persoalan ini.
Depresi memang ancaman bagi siapa saja..
[…] tidur. Sedangkan pergaulan yang juga mengalami sedikit gangguan bisa pula memicu kecenderungan emosi serta depresi. Waktu yang tak teratur itu membuat orang lebih memilih konsumsi makanan cepat saji, hingga […]
[…] [Baca juga: dikonsumsi banyak orang] […]