“Ditiduri jin”, istilah ini sampai saat ini masih sering digunakan oleh sebagian orang untuk menjelaskan pengalaman tindihan saat tidur. Bukan tanpa sebab banyak orang menganggapnya demikian, pasalnya saat mengalami tindihan seseorang sulit menggerakkan anggota tubuhnya dan bahkan sulit bernafas saat tidur.
Tindihan saat tidur juga sering disebut direp-repi oleh masyarakat Jawa. Direp-repi juga sama dikaitkan dengan jin atau makhluk halus lainnya. Bagi sebagian orang yang mempercayai hal ini, tentu saja akan berpikiran paranoid dan takut dengan kejadian yang dialami.
Ditiduri makhluk halus atau ditiduri jin seperti yang banyak dibilang orang sebenarnya hanyalah mitos. Jika ditilik dari sisi ilmiahnya, tindihan bukanlah karena ditiduri jin atau makhluk halus. Tindihan sebenarnya disebut dengan Sleep Paralysis.
Sleep paralysis atau tidur lumpuh merupakan kondisi dimana seseorang sadar bahwa dirinya tidak dapat menggerakan badanya di luar kehendak yang terjadi sebelum tertidur atau pada saat terbangun dan diklasifikasikan sebagai parasomnia yang berkaitan dengan REM (Rapid Eye Movement). Meskipun penderita sleep paralysis ini tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya, ia masih bisa menggerakan mata.
REM atau Rapid Eye Movement merupakan rangkaian dari fase tidur. Pada saat kita tidur, kita akan melewati beberapa fase, antara lain :
- Fase satu : masa transisi antara bangun dan akan tertidur.
- Fase dua : aktifitas otak melambat, pergerakan mata berhenti, kecepatan bernapas dan detak jantung menurun.
- Fase tiga : tubuh mulai melakukan perbaikan, tekanan darah dan suhu tubuh turun.
- Fase empat : tidur yang sangat dalam, tenang, gelombang amplitido otak tinggi, dan sulit untuk terbangun.
- REM : akitivitas otak tinggi, tubuh dilumpuhkan, mimpi sebagian besar terjadi pada fase REM ini.
Baca : [ Ragam Cara untuk Mengatasi Sulit Tidur ]
Masing – masing fase berlangsung selama sekitar 90 menit dan berulang empat sampai enam kali dalam semalam (Katz, 2005).[1]
Sleep paralysis terjadi ketika gelombang otak tidak bekerja sesuai tahapan tidur di atas. Jadi ada tahapan yang terlewat dari tidur ringan langsung masuk ke fase REM. Pada saat itu tubuh belum siap untuk bangun, sehingga memerlukan lebih banyak waktu dan biasanya sering disertai dengan halusinasi yang umumnya bersifat mistik.
Hal tersebut tejadi berkaitan dengan kondisi neurologi dan psikologi dari masing – masing individu. Menurut Cheyne (1999) [2], halusinasi yang terjadi pada saat tindihan dibagi menjadi tiga kategori :
- Halusinasi pergerakan vestibular terdiri dari beberapa kejadian seperti terbang, berputar, mengapung, atau terjatuh. Halusinasi ini dapat digambarkan seperti kejadian keluarnya jiwa dari tubuh dan setelah itu kita bisa melihat tubuh kita sendiri terbaring di tempat tidur atau sofa.
- Intruder merupakan halusinasi yang melibatkan perasaan kehadiran makhluk lain disertai dengan halusinasi visual, suara, dan kadang – kadang sentuhan.
- Incubus, terjadi sulitnya bernafas, tercekik, badan terasa ada yang menekan biasanya di bagian dada, kesakitan, dan berpikir bahwa kita sedang sekarat. Incubus biasanya berkorelasi dengan intruder.
Baca : [ Mendadak Terbangun dari Tidur Menjadi Tanda Waspada Terhadap Penyakit ]
Nah, jadi itulah sebenarnya yang terjadi ketika kita mengalami tindihan saat tidur. Jika kondisi fisik dan psikologis Anda kurang baik, kemungkinan untuk mengalami sleep paralysis ini lebih besar karena gelombang otak tidak bekerja dengan baik.
Sumber Rujukan :
[1] Katz, H. 2005. Sleep Paralysis. The Columbia Science Review.
[2] Girard, T. A & J. A. Cheyne. 2004. Individual Differences in Lateralisation of Hallucinations Associatted with Sleep Paralysis.Laterality, 2004, 9 (1), 93 111 DOI : 10.1080/13576500244000210.