Unsur-Unsur Penting dalam Pengembangan Desa Wisata

0
3667
pengertian desa wisata
Gambar ilustrasi pixabay.com

Desa wisata saat ini telah menjadi salah satu tren pengembangan pariwisata di suatu daerah. Kemunculan beragam desa wisata dengan potensi masing-masing yang dimiliki, menjadi warna baru dalam dunia pariwisata.

Sebagian besar pengelola bahkan berlomba-lomba membuat spot swafoto atau yang lebih dikenal dengan spot selfie. Para pengunjung yang datang pun, sebagian besar hanya datang untuk selfie, yang kemudian memamerkan fotonya melalui media sosial.

Tapi apakah keberadaan spot selfie di suatu desa ini sudah serta-merta bisa disebut sebagai pengembangan desa wisata?

Menurut Drs Chusmeru MSi, pengamat pariwisata Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, satu objek atau pemandangan menarik di desa yang dikelola dan dikunjungi wisatawan tidak serta-merta disebut sebagai desa wisata. Desa yang hanya menyuguhkan objek spot foto tidak dapat disebut desa wisata, meskipun dikelola oleh desa dan banyak dikunjungi wisatawan.

Pengembangan desa wisata harus berdasarkan konsep yang jelas. Desa wisata harus memiliki potensi untuk dikembangkan berbagai komponen kepariwisataan, seperti atraksi, akomodasi, kuliner, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya. Keaslian pedesaan menjadi ciri khas dalam konsep desa wisata. Keaslian bisa dalam bentuk kehidupan ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, arsitektur dan segala potensi wisata khas desa.

Pengembangan Desa Wisata dengan Pendekatan Tipologinya

Menurut Chusmeru, pengembangan desa wisata dapat dilakukan dengan pendekatan tipologinya. Pendekatan tipologi desa wisata biasanya didasarkan pada karakteristik yang berbeda pada masing-masing desa. Perbedaan karakteristik itu terletak pada jenis atraksi wisata dan pencapaian ke desa wisata maupun kawasan resort wisata.

Tipologi dan karakter desa wisata perlu diidentifikasi, Chusmeru menyebutkan, ada beberapa hal yang harus diidentifikasi, di antaranya apa saja atraksi wisata yang khas, berapa jarak tempuh dari terminal bus atau stasiun kereta api serta destinasi utama di daerah tersebut, berapa durasi waktu yang dapat dihabiskan wisatawan di desa sesuai dengan besaran desa wisata.

Baca : [ Memahami Keragaman dan Tipologi Desa ]

Selanjutnya, rumuskan pula persoalan ketersediaan sarana dan prasarana, pelayanan apa saja yang akan diperoleh wisatawan di desa pada saat baru datang, saat beraktivitas, dan saat meninggalkan desa wisata. Serta interaksi dan something to do apa saja yang ditawarkan kepada wisatawan.

Merumuskan Paket Wisata

Setelah tipologi desa wisata berhasil ditetapkan, menurut Chusmeru, langkah berikutnya adalah merumuskan kemasan paket wisata yang ditawarkan. Paket wisata itu bisa dalam tiga pilihan.

Paket wisata pertama

Berhenti sesaat (just stop for a moment). Paket ini ditawarkan bila atraksi yang ada sifatnya tunggal, kurang variatif, interaksi wisatawan dengan masyarakat terbatas.

Paket wisata kedua

Berhenti untuk sementara waktu (rest for a while). Wisatawan akan singgah dan berhenti cukup waktu untuk menikmati atraksi wisata yang bervariasi. Misal one day trip keliling desa, makan bersama penduduk, belajar kuliner, membuat kerajinan, atau melakukan aktivitas di ladang.

Paket wisata ketiga

Tinggal inap (enjoy an overnight stay). Paket ini memungkinkan wisatawan tinggal atau menginap di desa wisata. Masyarakat akan lebih banyak mendapatkan keuntungan dari paket ini. Berbagai atraksi seni budaya masyarakat bisa lebih dioptimalkan.

Baca : [ Sejarah dan Perkembangan Sosiologi Pedesaan ]

Berbagi dan Diskusi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here