Dewi Sri, Dewi Kesuburan Potret Feminitas Budaya Nusantara

0
2937
mitos dewi sri
Tarian Dewi Sri dalam Festival Seni Budaya Wlahar Wetan, Banyumas. Gambar diambil dari purwokertokita.com.

Sebuah arca perunggu yang digambarkan dalam posisi duduk di atas padmasana dengan tangan kirinya memegang setangkai padi menjadi salah satu koleksi dari Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Arca tersebut merupakan penggambaran dari Dewi Sri, dewi kesuburan yang juga disebut sebagai Dewi Padi oleh masyarakat Jawa. Dewi Sri adalah dewi pertanian, penguasa padi, sawah dan ladang yang dipercaya memberikan kesuburan dan kemakmuran bagi para petani di Jawa.

Mitos yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa menganggap Dewi Sri sebagai makhluk dari surga yang menunjukkan bahwa perempuan diyakini sebagai sumber kehidupan. Perempuan dianggap sebagai ibu kehidupan atau ibu pertiwi yang menganalogikan antara peran perempuan dalam produksi biologis dan peran pola dasar sebagai pemberi kehidupan dan pencipta segala sesuatu yang ada.

Dewi Sri sebagai sumber kemakmuran ada di sini untuk memberikan kehidupan melalui biji-biji makanan pokok dalam bentuk beras yang ia bawa dari surga, mengajarkan cara menanam dan merawatnya, bahkan mengajarkan cara menghindari hama yang mengancamnya.[1] Konon, pemuliaan Dewi Sri di Jawa telah berlangsung sejak masa pra Hindu-Budha. Dewi Sri merupakan dewi kesuburan yang dikenal oleh masyarakat Jawa, sementara masyarakat Sunda mengenal Nyai Pohaci Sanghyang Asri, dan masyarakat Bugis mengenal Sangiang Serri.

Baca: [ Menilik Falsafah Hidup Masyarakat Jawa dan Maknanya ]

Dewi Sri dan Budaya Nusantara

Mitos tentang Dewi Sri sebagai dewi pertanian atau dewi kesuburan erat kaitannya dengan budaya Nusantara yang agraris. Sampai saat ini sejumlah daerah di Jawa masih melestarikan tradisi pemujaan kepada Dewi Sri dalam upacara simbolis mempersembahkan sesaji dengan harapan agar hasil panen baik dan melimpah. Meski mitos pemuliaan Dewi Sri telah berlangsung sejak masa pra Hindu-Budha, mitos ini tetap berkembang pada masyarakat Jawa yang sebagian besar telah menganut agama Islam.

Perkembangan agama Islam di Jawa memang dikenal memiliki kecenderungan akulturasi yang kuat. Selain mengakomodasi budaya lokal, lebih jauh lagi Islam di Jawa berkembang dengan model keislaman yang sinkretis atau lokalistik Jawa. Potret perkembangan Islam yang seperti ini salah satunya bisa dilihat dari masyarakat Islam Aboge di Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulya, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Masyarakat Lamuk Legok sampai saat ini masih melestarikan ritual pemujaan kepada Dewi Sri dalam rangkaian siklus tanam tembakau.

Secara umum, pelbagai ritual Islam Aboge di Lamuk Legok merupakan bentuk penghormatan masyarakat kepada Dewi Sri. Dewi Sri, simbol kesuburan dan tumpuan harapan akan kesejahteraan petani, selama ini melalui tembakau dianggap telah memberikan keberkahan kepada warga Lamuk Legok. Ritual-ritual ini seperti ritus nyecel atau lekas macul, ritus lekas nandur atau nglekasi, ritus miwiti atau lekas petik, ritus tungguk, ritus kepungan jenang candil, dan ritus merti desa atau besaran. Pelbagai ritual tersebut dilakukan mulai dari fase sebelum menanam hingga fase pascapanen tembakau.

Baca: [ Mengenal Masyarakat Samin dan Asal-Usul Keberadaannya ]

Bahkan, masyarakat Lamuk Legok memahami penamaan tembakau yang sudah dikenal populer sebagai tembakau terbaik, yakni tembakau “Srinthil” merujuk pada nama Dewi Sri. Srinthil berasal dari kalimat Sri-ne nginthil, dimana kata “Sri” merujuk pada Dewi Sri, sedangkan kata “nginthil” memiliki arti mengikuti. Jika doanya dikabulkan dan ia ketiban pulung, sehingga daun tembakau rajangannya menjadi tembakau srinthil, maka mereka meyakini bahwa keberkahan Dewi Sri tengah mengikutinya. [2]

Mitos tentang Dewi Sri yang telah berkembang dan diyakini dari generasi ke generasi merupakan potret dari sisi feminitas budaya Nusantara. Sudah sejak dahulu, masyarakat Indonesia telah menempatkan perempuan pada posisi tertinggi dan tidak terpinggirkan.

Sumber rujukan:

[1] Mengenal Dewi Sri dan Nyi Ratu Kidul, Simbol Perempuan Penjaga Alam, indonesia.go.id, diakses pada 7 Januari 2020.

[2] Islam Aboge, sebuah Wajah Islam Lokal, indonesia.go.id, diakses pada 7 Januari 2020.

Video pilihan

Berbagi dan Diskusi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here