Daftar Isi
Tanaman Xanthostemon merupakan salah satu tanaman yang cukup populer di kalangan para pembudi daya lebah madu Trigona spp. atau yang dikenal dengan lebah klanceng. Bunga Xanthostemon yang berbentuk seperti percikan kembang api memiliki kandungan nektar yang cukup banyak. Tanaman Xanthostemon memiliki beragam warna bunga yang menarik dan menjadi salah satu daya tarik bagi lebah Trigona spp.
Ketika pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 2006, awalnya hanya ada varietas Xanthostemon yang memiliki bunga berwarna putih. Warna bunga ini kurang menarik, sehingga tanaman Xanthostemon kurang populer. Pada periode 2009-2011 hadir Xanthostemon yang memiliki warna bunga lebih variatif, di antaranya warna merah, merah muda, kuning muda dan kuning.
Warna bunga merah dimiliki oleh Xanthostemon verdugonianus yang berasal dari Filipina. Warna bunga merah muda dimiliki oleh Xanthostemon youngi yang berasal dari Australia. Sedangkan warna bunga kuning dimiliki oleh Xanthostemon chrysantus yang memiliki julukan sebagai golden penda atau penda emas karena warna kuningnya yang identik dengan emas. Xanthostemon chrysantus banyak ditemukan di wilayah pesisir Queensland Utara, negara bagian Australia.
Persebaran Tanaman Xanthostemon
Meski populer dikenal sebagai tanaman yang berasal dari Australia, Xanthostemon menjadi tanaman endemik yang persebarannya bisa ditemukan di berbagai wilayah seperti: Kaledonia Baru, Australia, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, Filipina dan Indonesia. Ada sekitar 45-50 spesies Xanthostemon yang telah diketahui sampai saat ini.
Sementara di Indonesia tercatat ada 5 spesies Xanthostemon yang merupakan endemik, di antaranya: Xanthostemon confertiflorus, Xanthostemon natunae, Xanthostemon petiolatus, Xanthostemon Verus, dan Xanthostemon novoguineensis. Nama yang terakhir disebutkan, Xanthostemon novoguineensis dilaporkan hanya ada di wilayah Papua. Masyarakat di sekitar Pegunungan Cyclop Jayapura menyebut spesies Xanthostemon ini dengan sebutan “Sowang”.
Kayu sowang secara tradisional oleh masyarakat di Jayapura dimanfaatkan sebagai pembuatan senjata tradisional, perkakas rumah, tiang pagar, tiang rumah, sebagai kayu bakar, dan benda-benda yang berhubungan dengan kegiatan ritual tradisional. Kayu sowang juga dikenal sebagai jenis kayu yang tahan terhadap serangan dari perusak kayu, seperti rayap tanah, penggerek kayu di laut, cendawan pelapuk putih dan cendawan pelapuk cokelat. [1]
Baca: [ Syarat Tumbuh Tanaman Hias dalam Ruangan ]
Pemanfaatan Tanaman Xanthostemon
Tanaman Xanthostemon umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang juga memiliki fungsi lain sebagai pagar atau layar penahan angin. Oleh para pembudi daya, tanaman Xanthostemon biasanya akan dibuat menjadi perdu. Beberapa spesies Xanthostemon sebetulnya bisa tumbuh dengan tinggi batang mencapai 20 meter lebih. Tanaman Xanthostemon memiliki perakaran serabut dengan warna putih yang agak berbulu. Pada tanaman dewasa, panjang akarnya bisa mencapai kurang lebih 2 meter.
Warna dan bentuk bunganya yang menarik memang menjadi daya tarik utama dari tanaman Xanthostemon. Di wilayah Australia, tanaman Xanthostemon biasanya akan berbunga penuh pada akhir musim panas dan musim gugur yang menjadi pemandangan menakjubkan. Di Indonesia, tanaman Xanthostemon dikenal sebagai tanaman yang bisa berbunga sepanjang tahun. Meskipun pada waktu-waktu tertentu, jumlah bunganya tidak banyak. Tak heran jika keberadaan bunga Xanthostemon disebut sebagai “pesta kembang api sepanjang tahun”.
Pembungaan yang bisa berlangsung secara terus menerus inilah yang menjadikan para pembudi daya lebah Trigona spp. memilih tanaman Xanthostemon sebagai sumber nektar utama. Tak jarang, mereka akan menanam Xanthostemon di lingkungan sekitar tempat sarang lebah Trigona spp. ditempatkan. Dengan terjaganya sumber nektar bagi para lebah, maka produktivitas madu akan meningkat dan lebih cepat.
Baca: [ Menakar Potensi Budi Daya Lebah Trigona spp. (Klanceng) ]
Perbanyakan Tanaman Xanthostemon
Perbanyakan tanaman Xanthostemon bisa dilakukan dengan biji atau stek. Namun perbanyakan menggunakan biji jarang dipilih karena prosesnya yang cenderung lama. Para pembudi daya Xanthostemon umumnya melakukan perbanyakan dengan cara stek batang atau stek pucuk. Cara yang paling banyak dipilih adalah dengan menggunakan stek pucuk. Perbanyakan dengan stek pucuk membutuhkan waktu sekitar 40-60 hari sampai bibit tumbuh akar sempurna dan siap dipindahkan atau ditanam.
Cara stek pucuk Xanthostemon:
- pilih pucuk batang Xanthostemon yang sudah berkayu atau memiliki warna cokelat merata pada seluruh bagian batangnya, potong dengan panjang 10-15 cm atau minimal memiliki 6 daun;
- pengambilan pucuk batang Xanthostemon dilakukan pada cabang yang tidak berbunga;
- pangkas 2/3 bagian daun yang ada di bagian pangkal batang, dan sisakan 1/3 bagian pada bagian pucuknya;
- rendam bagian pangkal batang menggunakan zat pengatur tumbuh, atau bisa menggunakan air larutan bawang merah;
- tanam stek pucuk pada media tanam di polybag atau pot dengan campuran media tanam berupa arang sekam dan tanah humus;
- sungkup dengan menggunakan plastik atau gelas plastik bekas air mineral;
- taruh di tempat yang teduh tidak terkena cahaya matahari secara langsung;
- jaga kelembapan media tanam tetap stabil, jangan sampai kering atau terlalu basah;
- setelah 3 minggu biasanya akan terlihat pucuk daun mulai tumbuh, sungkup bisa dibuka dan tetap tempatkan di tempat yang teduh;
- setelah akar tumbuh secara sempurna, bibit Xanthostemon bisa dipindahkan ke media yang baru atau ditanam langsung di lahan.
Sumber rujukan:
[1] Sri Wilujeng dan Maikel Simbiak, Karakterisasi morfologi Xanthostemon novoguineensis Valeton (Myrtaceae) dari Papua, diakses pada 24 September 2020.